6 Perubahan Ini Mungkin Terjadi pada Pasangan Setelah Memiliki Anak, dan Beginilah Cara Mengatasinya
Kebanyakan orang tua baru pasti setuju bahwa punya anak menambah banyak tekanan pada hubungan mereka. Tingkat kepuasan terhadap pasangan pun menurun drastis dan pertengkaran mungkin semakin sering terjadi. Ini pasti dialami oleh semua pasangan yang sudah memiliki anak. Permasalahan ini pun tampaknya bersifat universal, karena memengaruhi pasangan dari semua kelas sosial dan ekonomi.
Sisi Terang ingin menunjukkan 6 masalah yang sangat umum dihadapi pasangan setelah memiliki anak dan apa saja yang bisa kamu lakukan untuk menyelesaikannya.
1. Kamu lebih sering bertengkar karena tugas tambahan.
- Sebelum bayi lahir, kemungkinan besar kalian berdua masih bekerja purnawaktu. Tapi kini, salah satu dari kalian harus menjadi pengasuh utama, yang artinya sebagian besar tugas rumah ada di tanganmu. Pasanganmu tidak punya banyak energi untuk membantumu setelah pulang dari bekerja, yang kemudian membuatmu stres dan marah.
- Solusinya: alih-alih bertengkar dan cekcok, kamu bisa meminta pasanganmu untuk melakukan hal-hal tertentu. Menyebutkan semua tugas yang perlu dilakukan tidak serta-merta membuat pasanganmu ingin secara sukarela melakukannya. Kalau kamu memberi mereka petunjuk yang jelas tentang apa yang harus dilakukan dan cara melakukannya, semua mungkin akan selesai dalam waktu singkat. Setelah selesai, coba ucapkan “terima kasih”, bukan sebagai cara untuk memberi selamat, tapi sebagai bukti apresiasimu.
2. Gaya pola asuh kalian berbeda.
- Sebagai pasangan, kalian mungkin terbiasa berselisih paham tentang urusan sehari-hari, seperti dalam memilih warna cat dinding. Tapi kini, kalian punya bayi di rumah, dan membuat keputusan untuk anak bisa sangat rumit. Kamu dan pasangan adalah 2 orang yang berbeda dan wajar kalau kalian terkadang berbeda pendapat.
- Solusinya: Duduk bersama dan mendengarkan sudut pandang satu sama lain sangatlah penting. Tidak ada “benar” atau “salah”, dan kalian harus membuat keputusan berdasarkan apa yang terbaik untuk anak kalian. Kamu harus mengesampingkan egomu dan memberikan ruang untuk kritik yang membangun agar bisa terus tumbuh. Tahanlah dirimu untuk menyelesaikan perselisihan di depan anak, karena hal ini bisa membuat anak merasakan emosi yang campur aduk.
3. Kamu tidak punya waktu luang untuk diri sendiri atau hubunganmu.
- Sebelum punya anak, kalian punya waktu untuk keluar dan bersenang-senang. Tapi kini, bayimu membutuhkan semua waktu dan perhatianmu. Kamu lupa memberi dirimu waktu luang di luar rumah, dan hubungan kalian tidak sedekat dulu lagi.
- Solusinya: Yang perlu dilakukan pasangan adalah meluangkan waktu khusus untuk diri sendiri demi menjaga kesehatan mental. Carilah aktivitas yang sejak dulu kamu sukai dan kembali lakukan sekali atau dua kali dalam sebulan. Namun, kamu mungkin perlu menurunkan ekspektasi dan menikmati aktivitas favoritmu dalam waktu yang lebih singkat dari biasanya.
Sebagai pasangan, kalian bisa mencoba untuk jalan-jalan berdua jika memungkinkan. Cukup minta anggota keluarga atau teman dekatmu untuk menjaga anakmu agar kalian bisa mencari udara segar. Namun, kalau kamu mulai menyadari bahwa keintiman kalian memudar, kalian harus mencoba terapi pasangan sebelum terlambat.
4. Kamu sangat mengkhawatirkan masalah uang.
- Kecemasan finansial bisa muncul dari hari-hari pertama kehamilan dan terus meningkat selama bertahun-tahun setelah kelahiran anak. Kamu tentu belum terbiasa harus memberi makan satu orang lagi, jadi, memikirkan serta menghitung semua pengeluaran bisa memberikan banyak tekanan kepadamu dan pasangan.
- Solusinya: Kalau kamu punya pasangan, kamu harus mulai menabung sebelum melahirkan dan memutuskan siapa pengasuh utamanya. Kamu juga harus memutuskan berapa lama salah satu dari kalian akan meninggalkan pekerjaan. Pastikan untuk memeriksa durasi cuti hamil yang boleh kamu ambil, serta bantuan pemerintah lain yang mungkin memenuhi syarat untukmu.
Kamu juga bisa mencoba hidup dari satu penghasilan saja untuk sementara waktu sebelum melahirkan dan menabung penghasilan kedua. Ini akan mempersiapkanmu untuk biaya ekstra merawat anak dan mencegahmu membeli barang-barang yang tidak kamu butuhkan. Sebaliknya, jika kamu adalah orang tua tunggal, perhitungkan waktu cuti yang bisa kamu dapatkan. Jika orang tua atau temanmu bisa merawat bayimu saat kamu bekerja, kamu akan menghemat banyak uang.
5. Pasanganmu membuat keputusan tanpa berdiskusi denganmu.
- Saat kamu menjalani hubungan yang serius, keputusanmu berdampak pada pasanganmu juga. Dan wajar jika kamu punya lebih banyak keputusan yang perlu kamu buat begitu bayimu lahir. Kalian berdua kini perlu lebih banyak berkompromi daripada sebelumnya. Namun, tak jarang salah satu pihak membuat keputusan sendiri tanpa berdiskusi dengan pasangannya, dan hal seperti ini sering menimbulkan konflik.
- Solusinya: Ada 3 kunci untuk membuat keputusan bersama, yaitu komunikasi, rasa menghargai, dan kepercayaan. Kamu perlu bicara dengan pasanganmu dan memahami sudut pandangnya. Saat melakukannya, kamu perlu menghargai, bukan mengkritiknya. Selain itu, penting bagimu untuk memercayai pasanganmu saat dia harus membuat keputusan sendiri dan jangan hakimi pasanganmu.
6. Teman-temanmu mungkin berhenti berkunjung atau jarang menelepon.
- Kebanyakan orang yang dulu ada di sekitarmu setiap hari kini akan mulai memperlakukan hubunganmu secara berbeda. Mereka menyadari bahwa bayimu adalah prioritasmu dan mungkin menjauh darimu karenanya. Selain itu, kamu tidak punya jumlah waktu yang sama untuk dihabiskan dengan mereka, dan tanpa sadar, kamu mungkin juga semakin menjauh dari mereka.
- Solusinya: Jika kamu masih menginginkan dan membutuhkan mereka, kamu harus menjelaskannya kepada mereka. Beri tahu mereka dengan baik bantuan apa yang kamu butuhkan. Jika mereka tampaknya tidak mengerti kenapa kamu jarang menelepon, bicarakanlah dengan mereka.
Kalau mereka sendiri belum punya anak, mereka mungkin tidak paham betapa berubahnya hidupmu setelah punya bayi. Dan kamu tidak ingin melihat semua orang menjauh darimu, karena punya sistem dukungan merupakan hal yang sangat penting.
Apa kamu pernah mengalami salah satu masalah di atas dengan pasanganmu? Kalau pernah, bagaimana caramu mengatasinya?