Sisi Terang
Sisi Terang

Gara-Gara Tidak Mencukur Bulu Tubuhku Lagi, Suamiku Jadi Kesal

Alasan lebih dari 20% wanita mencukur bulu di tubuhnya adalah karena keinginan pasangannya. Sebagai wanita, kita tumbuh dengan memercayai bahwa kaki kita harus mulus, ketiak lembut dan tidak berbau, serta tanpa bulu wajah di bagian atas bibir. Seorang pembaca Sisi Terang dengan senang hati membuang pisau cukurnya dan sekarang tengah menghadapi ketegangan dalam pernikahan akibat keputusannya itu.

Sisi Terang membaca surat Hesti dengan cermat dan merangkum beberapa saran bermanfaat untuk meringankan persoalannya, dan kami tidak sabar mendengar pendapatmu tentang masalah ini.

Hai Hesti! Terima kasih atas kiriman suratnya, terima kasih juga karena sudah terbuka dan telah bersedia meminta bantuan kami. Tim Sisi Terang telah berembuk dan inilah saran yang dapat kami berikan kepadamu:

  • Rambut di tubuhmu bukanlah urusan siapa-siapa selain urusanmu sendiri. Kamu bebas melibatkan pasanganmu dalam membuat keputusan terkait tubuhmu, selama keinginan serta kebutuhanmu terakomodir dan terpenuhi.
  • Cari tahu penyebab suamimu tidak menyukai bulu tubuhmu. Barangkali karena stigma sosial, atau mungkin memang preferensi pribadinya. Bagaimanapun, pendekatan terbaiknya adalah berusaha memahami sudut pandangnya selagi kamu mengutarakan sudut pandangmu. Bicaralah secara terbuka dengan suamimu. Carilah baby sitter, buat reservasi makan malam, dan luangkan waktu hanya untuk kalian berdua.
  • Hadapi masalahmu meskipun itu berat. Komunikasi dalam pernikahan memainkan peran penting, dan faktor paling umum yang menyebabkan perceraian adalah karena tidak terjalinnya komunikasi—65% orang melaporkan bahwa komunikasi merupakan alasan utama perpisahan. Selain itu, kurangnya penghargaan terhadap perasaan maupun pendapat pasangan adalah penyebab nomor satu bagi wanita memutuskan untuk bercerai—yakni sebesar 85%. Semua hal ini membawa kita ke poin berikutnya.
  • Memaklumi ketika ada perbedaan. Saat berdebat tentang rambut di tubuhmu, beri tahu pasanganmu, “Aku paham pendapatmu, tapi aku merasa berbeda. Bisakah kita setuju untuk tidak memperdebatkan perbedaan?” Dengan begini, pasanganmu merasa didengar sekaligus merasa dipahami dan juga membuatmu menghormati pendapatmu sendiri, yang tetap memperhitungkan perasaanmu.
  • Pada tahun 1990-an, sekitar 80% wanita mengaku mencukur bulu tubuh di area tertentu. Pada tahun 2020, jumlahnya mendekati 69%. Selain itu, berkat feminisme dan selebritas yang tidak malu tampil alami, kini para wanita memandang bulu tubuh dengan cara yang berbeda dibanding beberapa dekade silam.
  • Sekarang, mencukur hanyalah pilihan estetika. Jauh sebelum kita punya akses ke pancuran modern, kita percaya bahwa menghilangkan bulu tubuh mengurangi risiko bau serta infeksi. Ternyata, hal itu tidak sepenuhnya benar.
  • Membiarkan bulu tubuh tumbuh bebas memiliki banyak manfaat, seperti: mengurangi gesekan dan lecet serta mencegah kondisi tertentu seperti rambut tumbuh ke dalam, luka akibat pisau cukur, dan iritasi kulit. Bulu ketiak sebenarnya bisa membantumu menemukan jodoh—sebab bulu tubuh mampu meningkatkan transmisi feromon. Selain itu, bulu di kulit kita membantu mengatur suhu tubuh kita.

Kesimpulannya, apa pun yang kamu lakukan dengan bulu tubuhmu—entah kamu mencukurnya atau membiarkannya, itu keputusanmu. Menerima keberadaan bulumu bisa memberimu kedamaian batin, dan seperti ucapanmu sebelumnya, Hesti, tidak ada perasaan yang lebih baik daripada merasa nyaman dan bahagia akan tubuhmu sendiri.

Apakah kamu mencukur, waxing, atau memangkas bulu tubuhmu? Apakah kamu pernah melibatkan pasanganmu ketika membuat keputusan tentang bulu tubuhmu? Beri tahu kami di kolom komentar, ya.

Kredit foto pratinjau thefuturistics / Flickr, CC BY 2.0
Sisi Terang/Hubungan/Gara-Gara Tidak Mencukur Bulu Tubuhku Lagi, Suamiku Jadi Kesal
Bagikan Artikel Ini