Sisi Terang
Sisi Terang

9 Hal Tak Terduga Pertanda Sebuah Pernikahan Tak Akan Bertahan Lama

Semua orang pasti menginginkan cinta yang tak lekang dimakan waktu, tapi kenyataan menunjukkan bahwa cinta semacam ini adalah hal yang langka. Nyatanya, pada tahun 2017 di beberapa belahan dunia, ditemukan setidaknya dua perceraian setiap 1.000 orang. Kabar baiknya adalah kita bisa saja melihat tanda-tanda yang mengarah kepada perceraian dan hal ini didukung oleh penelitian ilmiah.

Kami di Sisi Terang berharap akan adanya lebih banyak keluarga bahagia dengan ikatan yang kuat di dunia ini. Karena itu, kami mempelajari sejumlah penelitian dan memilih 9 pertanda perceraian yang paling menonjol yang telah diakui oleh para ilmuwan.

1. Jumlah senyuman dalam foto masa kecil

Para psikolog mengadakan sejumlah eksperimen untuk mencoba memahami apa mungkin memprediksi perceraian berdasarkan foto-foto masa kecil dan masa muda seseorang. Dalam sebuah penelitian, para ilmuwan memperhatikan foto-foto buku tahunan perguruan tinggi dan menilai intensitas senyum dengan skala 1 sampai 10. Penilaian itu didasarkan pada meregangnya 2 otot: yang satu mengencangkan mulut dan yang lain membentuk kerutan di sekitar mata.

Tak satu pun dari mereka yang senyumnya diberi nilai “10” bercerai. Di saat yang sama, tiap orang keempat dari mereka yang mengerutkan dahi bercerai. Secara umum, hasil eksperimen ini menunjukkan bahwa orang yang kelihatan muram dalam foto berisiko 5 kali lebih besar untuk bercerai daripada mereka yang tersenyum.

2. Nada emosional dalam suara

Sebuah algoritma komputer bisa memprediksi kesuksesan sebuah pernikahan, dengan akurasi 79%, cuma dengan menggunakan nada suara pasangan ketika berkomunikasi satu sama lain. Para ilmuwan menganalisis percakapan lebih dari 100 pasangan yang mendatangi seorang psikolog dan mengamati status perikahan mereka selama 5 tahun.

Ternyata intensitas, nada, rasa gugup, dan getaran dalam suara bisa mengindikasikan emosi yang kuat. “Bukan cuma apa yang kamu katakan yang penting, cara kamu mengatakannya juga sangat penting. Penelitian kami menegaskan bahwa ini juga berlaku bagi sebuah hubungan,” kata para ilmuwan.

3. Lawan jenis sebagai rekan kerja

Menurut suatu penelitian, orang yang dalam kerjanya dikelilingi oleh lawan jenis 15% lebih sering bercerai. Penelitian tentang masalah ini bahkan dilakukan pada skala yang lebih besar ketika mereka meneliti para pasangan yang menikah antara tahun 1981 sampai 2002 di negara yang diteliti. Dari penelitian ini, mereka menemukan bahwa 100.000 pasangan telah bercerai.

4. Pendidikan ibu

Wanitalah yang lebih sering mengajukan gugatan cerai. Akan tetapi, telah ada penelitian yang menunjukkan bahwa kebanyakan pasangan meniru perilaku orang tua mereka, terutama ibu. Para sosiolog meneliti perilaku 7.000 orang dan menemukan bahwa jika seorang ibu memasuki hubungan yang baru, sering kali, anak-anak mereka akan berperilaku sama ketika dewasa.

5. Mengabaikan konflik

John Gottman menyebutkan ada 4 pertanda perceraian akan segera terjadi: penghinaan, pembelaan diri, kritik, dan mengabaikan konflik. “Keempat pertanda bencana” itu sekilas terdengar biasa saja, tapi sebenarnya ini adalah perilaku yang sangat berbahaya. Bayangkan saja, kamu merasa siap berdebat sengit tentang suatu masalah yang telah cukup lama mengganggumu dan pasanganmu tiba-tiba menolak melanjutkan diskusi.

Mungkin kesannya pasanganmu bisa menjaga ketenangan dengan melakukan hal ini, tapi itu tidak sepenuhnya tepat. Meskipun debat dan pertengkaran bukan bagian terbaik dari komunikasi pada umumnya, tapi hal ini membantumu menyelesaikan masalah. Debat dibutuhkan untuk memecahkan masalah yang belum terselesaikan. Jika seseorang terus mengabaikan situasi ini, maka makin banyak rasa putus asa yang tak teratasi.

6. Sikap negatif seorang suami terhadap teman-teman istrinya

Ilmuwan menganalisis hubungan dari 373 pasangan yang telah menikah selama lebih dari 16 tahun. Ternyata, 46% pasangan bercerai pada tahun ke-16 pernikahan mereka, dan sering kali kritik suami tentang teman istri mereka di tahun pertama pernikahan dapat menyulut perpecahan di masa depan.

Menurut ilmuwan, ini karena fakta bahwa hubungan antara wanita dengan teman-teman mereka, yang diasosiasikan dengan kedekatan emosional dan saling mendukung, umumnya bertahan lama. Sedangkan, pertemanan laki-laki lebih sering tergantung pada aktivitas yang dilakukan bersama. Karena itu, lebih mudah bagi pria untuk berganti lingkaran komunikasi dan lebih sulit berdamai dengan teman-teman istrinya, yang menurutnya tidak menyenangkan.

7. Perilaku pengantin baru yang menunjukkan kasih sayang yang berlebihan

Psikolog Ted Huston meneliti 168 pasangan dalam 13 tahun pernikahan mereka. Hasilnya diterbitkan dalam jurnal Interpersonal Relations and Group Processes tahun 2001, yang menyatakan, “Ketika masih pengantin baru, pasangan yang bercerai pada tahun ke-7 pernikahan atau lebih, menunjukkan kemesraan satu sama lain hingga 1/3 kali lebih sering dibanding pasangan dalam pernikahan yang lebih langgeng.”

Ini karena fakta bahwa pasangan yang memulai hubungan dengan rasa romantis yang kuat berisiko lebih besar untuk berpisah, sebab sangat sulit bagi mereka untuk mempertahankan intensitas perasaan itu. “Percaya atau tidak, pernikahan yang dimulai dengan lebih sedikit ’romansa ala Hollywood’ biasanya memiliki masa depan yang lebih menjanjikan,” ujar ahli Aviva Patz.

8. Kemiskinan dan pengangguran

Cukup jelas bahwa hidup dalam kondisi sulit tidaklah mudah. Hubungan dalam keluarga seperti ini lebih sering terancam daripada dalam keluarga yang stabil keuangannya. Bob Birrell, salah satu penulis suatu penelitian tentang aktivitas finansial orang tua setelah perceraian, mengonfirmasi hal ini.

“Orang berpikir bahwa sistem pascaperceraian yang berlaku sangat kejam dengan menguras uang dari para pria. Kenyataannya adalah kebanyakan orang yang berpisah dan bercerai memiliki pemasukan yang begitu rendah, dan mereka sangat tidak memperhatikan kesejahteraan ibu dari anak-anaknya.”

9. Tempat tidur sempit

Pasangan suami istri harus tidur terpisah atau di atas ranjang yang sangat lapang demi kesehatan mental dan fisik mereka, untuk mendapatkan tidur yang berkualitas, dan demi lingkungan yang sehat dalam keluarga. Para ilmuwan yang mempelajari masalah tidur telah menemukan bahwa 30-40% pasangan tidur di tempat tidur yang berbeda. Dan ini sebenarnya adalah pertanda baik, sebab tidur yang tak berkualitas bisa menyebabkan perceraian. Karena itu, jika kamu ingin menjaga keharmonisan hubungan, pastikan tidurmu berkualitas.

Hal-hal lain apa yang menurutmu bisa memprediksikan perceraian yang akan terjadi atau membantu mencegahnya?

Bagikan Artikel Ini