Aku Kehilangan Kedua Tanganku, tapi Selera Humor dan Tekad Hidupku Masih Tetap Ada
Namaku Konstantin Deblikov, dan aku seorang siborg Rusia. Aku menyebut diriku sendiri demikian karena aku punya prostesis bionik sebagai pengganti tanganku, dan karena aku tidak merasa seperti “orang difabel”. Hidupku berputar 180 derajat saat aku kehilangan kedua tanganku, dan aku belajar menjalani hidup baruku sepenuhnya. Kalau kamu ingin tahu tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan siborg, serta apa yang bisa dilakukan orang-orang tanpa tangan untuk dunia, silakan terus membaca.
Khusus untuk Sisi Terang, aku ingin berbagi kisahku dan menyampaikan kepada para pembaca di sini bagaimana rasanya menjadi siborg di kehidupan nyata.
Pada tahun 2014, petasan meledak di tanganku.
Umurku 22 tahun saat itu, aku sedang belajar jurnalisme dan bekerja melakukan pertunjukan api. Aku beruntung cuma kehilangan tangan karena semuanya bisa lebih buruk. Saat aku siuman keesokan paginya, aku terkejut, aku masih hidup. Teman-temanku sudah mulai mengumpulkan uang di internet untuk biaya pembuatan prostesisku, dan sejak awal, aku yakin semuanya akan baik-baik saja.
Tentu saja, kecelakaan seperti ini sangat sulit dilupakan, tapi keluarga dan teman-temanku membantuku menjalani masa sulit ini. Semua orang di sekitarku sangat mendukungku, dan pikiranku yang tetap positif banyak membantu kesembuhanku. Kalau kamu mengalami kejadian seperti ini, saranku untukmu adalah kelilingi dirimu dengan orang-orang yang kamu sayang, lakukan sesuatu yang kamu suka, dan terus bergerak maju, tanpa menghiraukan hambatan apa pun.
Aku takkan pernah bisa memainkan gitarku lagi.
Tentu saja, hidupku telah berubah. Meski masih berjuang mengatasi traumaku dan mencoba untuk tetap positif, aku tetap kesulitan menerima tubuhku yang seperti ini. Dahulu, aku sering bermain gitar, tapi kini aku tidak bisa melakukannya lagi. Aku beralih ke drum dan musik elektronik, serta masih bermain dalam band. Meski begitu, beberapa orang tanpa tangan yang punya tekad tinggi mampu memainkan gitar menggunakan kaki, dan menurutku, itu super keren.
Aku bisa melakukan apa saja, semua tergantung kepadaku.
Aku harus mempelajari kembali semuanya, sepanjang waktu. Setiap langkah dan tindakan baru membutuhkan waktu dan upaya agar tubuhku belajar dan terbiasa. Setiap kali mendapatkan jaket baru dengan ritsleting baru, aku merasa harus kembali ke awal untuk sementara waktu, mencoba mencari cara untuk berinteraksi dengannya. Dan hal yang sama berlaku dengan setiap barang baru.
Akan tetapi, meski menggunakan prostesis, semuanya masih mungkin. Prostesis punya beragam jenis, yang masing-masing lebih cocok untuk kegiatan tertentu. Aku punya banyak tangan: ada sepasang untuk foto-foto, sepasang untuk kehidupan sehari-hari, dan sepasang lagi untuk berolahraga.
Aku benci uang koin. Mau sekeren apa pun prostesis yang kamu punya, jika koinmu jatuh ke lantai, mengambilnya akan super sulit. Atau, sebagai contoh, kartu ATM plastik. Kamu bisa meninggalkan koin di lantai meski jatuh, tapi kamu harus mengambil kartu ATM-mu. Jadi, jika aku tidak sengaja menjatuhkannya, aku harus bersandar ke lantai di tengah-tengah mal, mencoba mengambil kartuku selama setengah menit, sambil dilihat orang lain. Rasanya sangat tidak nyaman. Tapi ini bisa terjadi kapan saja, dan momen-momen itu adalah pengingat konstan tentang seberapa berbedanya diriku.
Orang-orang difabel tetaplah manusia.
Tak ada yang benar-benar tahu harus bereaksi seperti apa saat melihat orang difabel, karena kebanyakan dari mereka lebih sering diam di rumah, sementara yang lain hanya tidak pernah berinteraksi dengan orang difabel. Jadi, setiap kali naik bus di kampung halamanku, aku merasa seperti berada di atas panggung. Orang-orang terus menatapku, mengajukan pertanyaan bodoh, dan mencoba memotretku. Kurasa, tak ada orang yang suka perhatian seperti ini, jadi, cobalah untuk memperlakukan orang difabel dengan normal, sebagaimana kamu ingin diperlakukan oleh orang lain. Hargai, tetaplah ramah, dan jangan sampai kelewat batas.
Aku merasa seperti menjalani 2 kehidupan. Satu ketika aku menjadi seorang siborg yang mengenakan kaus dan tidak keberatan menjadi pusat perhatian. Sementara satu lagi saat aku menjadi orang biasa yang mengenakan sweter di musim panas, karena aku harus belanja bahan makanan atau saat aku naik bus umum, tanpa menginginkan perhatian dari siapa pun.
Kini, hidupku lebih menarik.
Aku tidak terlalu ingin mengubah apa pun meski bisa, karena butuh pengorbanan tinggi. Tapi karena kecelakaan ini dan publisitas yang menyertainya, aku bisa berkenalan dengan banyak orang yang menarik dan mencoba berbagai bidang seperti akting, modeling, dan public speaking.
Sekarang, aku membuat blog di Instagram, tempat aku memposting foto dan sesekali membuat lelucon tentang tangan, menjadi bintang tamu di acara TV, serta berpartisipasi dalam iklan dan proyek sosial. Tiba-tiba, beberapa pintu yang bahkan tidak pernah kupikirkan terbuka begitu saja tepat di depanku. Aku mencoba memanfaatkan semua peluang yang ditawarkan kepadaku, mencoba hal-hal baru, dan menerima berbagai tawaran menarik.
“Akhirnya aku melakukan rontgen. Semuanya baik-baik saja, aku masih tidak punya tangan.”
Tapi yang paling penting, aku membantu siborg baru lainnya.
Aktivitas utamaku adalah bakti sosial. Aku membantu orang-orang yang diamputasi untuk mendapatkan prostesis dari pemerintah. Di Rusia, siapa pun yang telah kehilangan anggota badan berhak mendapatkan prostesis yang sepenuhnya gratis, tapi prosedurnya sangat sulit. Meski begitu, melewati semua tahap ini tetap sangat penting demi mendapatkan prostesis berkualitas baik, karena itulah kunci untuk menjalani hidupmu sepenuhnya.
“Pencet like, kalau kamu enggak suka kerja fisik.”
Tak ada orang yang siap kehilangan lengan atau kakinya, dan saat itu terjadi, mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Mereka bahkan tidak tahu hak-hak mereka, jadi, aku membantu mereka. Selain itu, di Rusia, tidak ada yang mengajari kita cara menggunakan prostesis. Kita hanya mendapatkan sepotong plastik, lalu harus mencari tahu cara menggunakannya sendiri. Dan makin baik kamu bisa menggunakannya, makin banyak yang bisa kamu lakukan. Banyak orang menulis untuk meminta saran kepadaku, dan aku membantu semuanya semampuku.
Aku mengelola komunitas di situs web jejaring sosial yang memberikan segala informasi penting bagi orang-orang yang punya situasi serupa. Aku berencana untuk mendirikan organisasi nirlaba yang akan menyatukan orang-orang ini. Semoga, organisasi ini akan membantu orang-orang mendapatkan subsidi dan hibah, serta membantu mendukung siapa pun yang kebetulan berada dalam situasi sulit yang mengubah hidup mereka.
Sampai ketemu lagi.
Apa kamu pernah mengalami peristiwa yang membagi hidupmu menjadi dua bagian, “sebelum” dan “sesudah”? Tulis kisahmu di kolom komentar, ya.