Sisi Terang
Sisi Terang

Masa Kecil Berat dan Kepribadian Dingin Menjadikan Pendiri IKEA Seorang Inovator dan Pria Terkaya Ke-5 di Dunia

Konsep “miskin menjadi kaya” sering kali digunakan untuk menggambarkan karier dan hidup pengusaha terkenal. Ingvar Kamprad, pendiri IKEA, masuk dalam kategori itu. Lahir di pertanian kecil bernama Elmtaryd, dia menggunakan otak cemerlangnya untuk membantu keluarganya mendapatkan uang. Dia mulai bekerja dari umur 5 tahun dan pada saat dewasa, dia sudah menjadi pengusaha sukses.

Sisi Terang sangat terinspirasi dan tersentuh oleh kehidupan Ingvar yang membuktikan bahwa kecerdasan bisa mengatasi segala rintangan.

Ingvar Kamprad lahir pada tahun 1926 di provinsi Småland, Swedia.

Seperti yang lain, orang tuanya mengandalkan pertanian untuk mencukupi kebutuhan keluarga, tapi uang dari sana tidak pernah cukup. Kebanyakan orang di wilayahnya harus mencari pekerjaan lain untuk mendapat uang tambahan, dengan menjual barang buatan sendiri atau makanan yang diawetkan. Ibu Ingvar membuka penginapan untuk mendapat penghasilan tambahan.

Sejak umur 5 tahun, Ingvar mulai menjual korek api. Setelah dua tahun pertama berjualan, dia sadar penghasilannya hanya sedikit. Inilah saat dia menemukan peluang dan meminta bibinya membelikan korek api dalam jumlah besar dari Stockholm untuk kemudian dikirim kepadanya. Dia membagi korek api itu ke dalam kemasan-kemasan lebih kecil dan menjualnya kembali.

Ingvar mendirikan IKEA pada tahun 1943 saat berusia 17 tahun.

Pada dasarnya, itu adalah perluasan dari bisnis masa kecilnya. Pada awalnya, dia hanya menjual arloji, pulpen, stoking nilon, dan pigura melalui pesanan lewat pos. Dia mengiklankan produk-produknya di koran dan menggunakan mobil van pengantar susu setempat untuk mengantarkan pesanannya ke stasiun kereta terdekat.

Furnitur pertama dari IKEA dikenalkan pada tahun 1950 sebagai bagian dari katalog perusahaan. Produsen lokal bertanggung jawab atas semua furnitur yang terbukti sangat sukses. Produk furnitur sangat populer sampai Ingvar memutuskan berhenti menjual barang lain dan hanya fokus pada furnitur.

Meskipun kaya, dia benci membuang-buang waktu dan uang.

Dia mengendarai Volvo 240 GL tahun 1993 selama hampir 2 dekade dan memutuskan menggantinya hanya saat dia diberi tahu bahwa mobil itu sudah tidak aman. Menurut kabar burung, dia membeli jam weker dan menonaktifkan “tombol matikan” agar tak akan bisa terus menekan snooze. Selain itu, dia juga cukup sering naik bus. Dia pernah datang ke suatu acara tempat dia seharusnya menerima penghargaan “Pengusaha Terbaik Tahun Ini” tapi terlambat karena menaiki bus, dan tidak diizinkan masuk.

Dia selalu terbang naik kelas ekonomi dan menginap di hotel murah. Dia lebih suka potong rambut di negara “berkembang” yang sangat murah dan tidak melampaui anggaran potong rambutnya. Di sebuah buku dari tahun 1998, dia mengatakan sering datang ke pasar sayuran mendekati waktu tutup dengan harapan mendapatkan harga lebih murah. Seperti yang dia katakan pada tahun 2014, “Perhatikan penampilanku saat ini. Kurasa semua yang kupakai ini dibeli di pasar loak.”

Dia sering menceramahi pegawainya yang lupa mematikan lampu saat meninggalkan ruangan.

Konon, pegawainya diajarkan untuk tidak pernah membuang kertas jika belum digunakan di kedua sisinya. Pada satu kesempatan, dia pernah memarahi seseorang gara-gara membuang ujung tali, karena perusahaan biasanya menyatukan semuanya kembali.

Dia tidak mengizinkan para pejabat eksekutif perusahaannya terbang menaiki kelas bisnis dan mereka diminta untuk mengendarai mobil sederhana. Dia selalu mencari harga termurah dan pernah memarahi istrinya karena memilih barang yang agak mahal dan akhirnya dia meminta diskon di kasir. Ada satu cerita lagi bahwa dia biasanya menggunakan botol minuman mahal di hotel dan menggantinya dengan botol minuman murah yang dia beli di supermarket.

Setelah pengorbanan seumur hidup, Ingvar memiliki harta pribadi lebih dari Rp1,4 triliun.

Namun, harta sesungguhnya jauh lebih besar dan dia mewariskan perusahaan sangat sukses yang menyediakan pekerjaan bagi ratusan ribu orang di seluruh dunia itu kepada anak-anaknya.

Selain itu, Ingvar sangat peduli dengan tanah airnya, sampai-sampai dia memastikan setelah kematiannya, separuh uangnya akan diinvestasikan untuk mendorong bisnis di Swedia sebelah utara. Dia sangat peduli dengan orang-orang di komunitas kecil yang tak punya banyak kesempatan untuk hidup sukses dan ingin membantu mereka.

Apa kamu tahu cerita kesuksesan orang yang membangun perusahaan besar dari nol? Bagikan ceritamu dengan kami.

Kredit foto pratinjau UPPA/Photoshot/REPORTER/East News
Bagikan Artikel Ini