10+ Tradisi Pernikahan yang Ditinggalkan oleh Kaum Muda di Seluruh Dunia
Sebagian besar tradisi pernikahan sudah ada sedari dulu. Sementara itu, di dunia modern, tempat segala hal berubah dengan sangat cepat, orang-orang masih memegang teguh sejumlah tradisi ini. Banyak orang sering mengalami kesulitan dalam memahami atau mengingat arti dari sebuah tradisi, tapi tetap mengikutinya meski makna aslinya telah hilang dalam sejarah.
Sisi Terang telah berusaha mencari tahu bagaimana sikap kaum muda terhadap tradisi pernikahan di seluruh dunia saat ini.
- Rupanya, di kampung halaman pedesaan tunanganku, mereka melakukan tradisi bernama tarian palung babi... Jika saudara kandung yang lebih muda menikah sebelum saudara yang lebih tua, saudara yang lebih tua harus menari di sekitar palung pada acara resepsi, sementara tamu memasukkan uang ke dalamnya. Menurutku, ini sangat aneh dan memalukan, aku takkan mau membuat kakakku menari di resepsi pernikahanku! © ChampionOfTheSunn / Reddit
- Denmark: Para tamu mulai saling mendentingkan gelas untuk membuat pengantin wanita dan pria berciuman sambil berdiri di kursi. Jika para tamu menhentakkan kaki mereka, pengantin wanita dan pria harus masuk ke bawah meja dan berciuman di sana. Awalnya, aku merasa tradisi ini sangat menjengkelkan dan mengganggu, kini aku sudah terbiasa. © Halefa / Reddit
- Katanya, mengenakan mutiara saat menjadi pengantin wanita membawa nasib buruk atau merupakan pertanda buruk. Aku tidak ingat apa “alasan” dari kepercayaan ini, tapi aku tidak terlalu peduli! Aku suka mutiara dan sebagian besar aksesori dan perhiasanku dihiasi mutiara. © meganthemuggle / Reddit
- Merupakan tradisi bagi semua tamu untuk berdiri saat pengantin memasuki ruangan. Aku pribadi tidak pernah menyukainya. Aku memutuskan untuk meminta petugas yang meresmikan pernikahanku meminta semua orang agar tetap duduk saat aku memasuki ruangan sebelum prosesi dimulai. Beberapa orang yang hadir dalam geladi bersih di malam sebelumnya menganggap aku sudah gila (beberapa bahkan sampai bersikap agresif). Mereka bersikeras bahwa aku tidak bisa melawan tradisi itu, serta orang-orang akan bingung dan tetap berdiri. Aku orang yang cukup santai, jadi, jawabanku cuma, “Lalu, biarkan mereka tetap berdiri.” Aku tidak peduli. Hal itu takkan merusak hariku! Pada akhirnya, tidak ada yang berdiri. Semua orang tetap duduk. Dan fotograferku mengambil foto yang sangat bagus saat ayahku dan aku berjalan menuju pelaminan! © Kelly Bailey / Quora
- Secara simbolis, cara pengantin saling menyuapkan kue adalah representasi tentang bagaimana kalian akan saling menjaga dalam situasi sulit dan buruk. Semua hal sulit dan buruk yang merupakan bagian dari kehidupan pernikahan terdapat dalam sumpah pernikahan. Resepsi adalah tentang merayakan kesehatan, kebahagiaan, dan yang terbaik dalam hidup, sehingga bisa dimengerti bahwa orang ingin bersenang-senang, tapi tradisi makan kue itu sebenarnya adalah bagian yang sangat serius dan khidmat dari acara resepsi, tradisi ini menyegel sumpah yang kalian buat untuk satu sama lain. Suamiku bukanlah orang yang berantakan saat makan kue, tapi sebelum pernikahan, aku bilang kepadanya, jika ada setitik frosting kue saja yang dengan sengaja dia taruh di hidungku, berarti dia melanggar janji pernikahan kami, dan aku akan mengajukan surat cerai sehari setelahnya. Aku percaya bahwa simbol-simbol ini dibuat karena suatu alasan dan jika memang layak dipertahankan, semuanya layak diikuti. Kami saling menyuapi kue dengan cinta dan rasa hormat paling tulus yang kami miliki untuk satu sama lain. Aku yakin, bagi kami, tradisi ini memperkuat sumpah kami. Ya, aku 100% serius tentang pengajuan surat cerai pada hari berikutnya itu, tapi aku 99% yakin tak perlu melakukannya. © Tamara Castleman / Quora
- Aku suka menari dan selalu menikmati pernikahan yang diramaikan dengan acara menari, tapi aku juga pernah ke pernikahan yang cuma ada sekelompok kecil orang yang menari, sementara sisa tamu yang lain duduk di meja mereka, menghabiskan waktu yang kira-kira wajar untuk tetap ada di pesta sampai waktunya tepat untuk bisa pulang. Para tamu tidak bisa bicara satu sama lain karena musik DJ yang keras, jadi, jika mereka tidak berminat untuk menari, mereka hanya harus duduk diam di sana. Aku tidak menentang tarian, tapi itu bukan yang kami inginkan. Kami ingin pernikahan kami menjadi pesta malam musim panas yang sederhana, tempat semua orang bisa bergabung dan bersosialisasi, serta bicara sambil makan malam. Kami punya rebusan sederhana dan sebagian besar stan kami berbentuk meja tiram tanpa kursi (dengan beberapa meja lain untuk tamu yang mungkin ingin duduk). Orang-orang bisa berjalan-jalan dan mengobrol, lalu bermain permainan sederhana, alih-alih menuju lantai dansa. Seru sekali! Meski begitu, kami juga punya gitaris yang bernyanyi dan memainkan lagu sebagai latar belakang. © Kelly Bailey / Quora
- Di Moldova, memberikan hidangan kubis gulung (suguhan nasional) kepada tamu adalah suatu tradisi. Tapi aku mengadakan pernikahan bergaya Hollywood, dan tak ada tempat untuk kubis gulung. Aku menggantinya dengan salmon. Seorang kolegaku mendatangiku dan berkata, “Wow! Keren! Tak ada kubis gulung! Aku iri!” Kerabatku mengatakan pernikahanku indah, tapi sayangnya tidak ada kubis gulung.
- Gaun putih. Aku benci warna putih karena 2 alasan utama, pertama, warna putih terlihat membosankan, kedua, warna putih terlihat mengerikan jika kupakai. Warna itu tidak cocok untukku. Selain itu, sebagian besar gaun pengantin terlihat seperti gaun pengantin biasa. Kamu menghabiskan banyak uang untuk gaun yang mungkin hanya akan kamu pakai sekali seumur hidup. Aku lebih suka mengenakan gaun berwarna biru tua atau ungu yang benar-benar gelap. Menurutku, warna-warna tersebut terlihat jauh lebih menarik dan kamu juga bisa memakainya lagi suatu saat nanti. © Lea Sing / Quora
- Pakaian resmi. Sejujurnya, aku tidak peduli soal pakaian resmi. Untuk pernikahanku, orang-orang bisa datang dengan pakaian yang mereka suka, asalkan mengenakan pakaian, itu tidak masalah bagiku. © Lea Sing / Quora
- Tudung. Untuk apa? Itu terlihat mengerikan dan menyembunyikan rambut si pengantin wanita. © Lea Sing / Quora
- Suamiku adalah orang India, jadi, aku harus belajar segala hal tentang tradisi mereka saat kami merencanakan pernikahan. Ada tradisi yang mengharuskan saudara perempuan si pengantin wanita mencuri sepatu pengantin pria dan menolak mengembalikannya kecuali sang pengantin pria memberikan uang. Jumlah uangnya bisa tinggi sekali! Sepupu-sepupuku berencana untuk mengambil sepatu suamiku, tapi dia bilang dia bakal bertelanjang kaki daripada harus membayarnya. © b-m**f / Reddit
- Aku membenci “tradisi” yang mengharuskan pengantin pria melepas pengikat kaus kaki pengantin wanita dan melemparkannya ke pengiring pengantin pria, dan orang yang menangkapnya diharapkan untuk menaruhnya di kaki wanita yang menangkap buket. Kenapa? Pengikat kaus kaki adalah pakaian dalam, dan setiap pelepasan pakaian dalam pengantin pasti harus dilakukan di tempat tertutup setelah pernikahan selesai. © Jennifer Georgia / Quora
- Pendampingan ayah. Aku benci sekali tradisi ini karena makna aslinya. Itu berasal dari masa ketika seorang wanita merupakan suatu “properti” di sepanjang hidupnya. Tradisi ini pada dasarnya berarti bahwa sang ayah memberikan putrinya (“properti”-nya) kepada suaminya. Ini mengerikan, aku menolak hal itu, terima kasih. © Lea Sing / Quora
- Istriku menolak ide “kamu bisa mencium sang pengantin wanita” setelah kami secara resmi diumumkan telah menikah karena dia memang agak pemalu. Di resepsi, tak ada tarian pertama (sebenarnya tidak ada tarian sama sekali, karena semua orang lebih suka duduk dan mengobrol jadi, kami tak perlu memainkan musik), dan tentunya tidak ada hal-hal konyol, seperti “saling melempar kue ke wajah”. Kami menghabiskan banyak uang untuk kue yang sangat indah, jadi, kami ingin orang-orang bisa memakannya. © Harry Kriewaldt / Quora
- Satu-satunya larangan dalam pesta pernikahanku ada di dalam sumpah pernikahannya. Aku memastikan bahwa ungkapan “mencintai, menghormati, dan MEMATUHI” tidak diucapkan dalam sumpah. Aku memahami diriku, agak tradisionalis, tapi hanya saat peran suatu orang DIPILIH sendiri, bukan ditunjuk karena gender. Aku merasa tidak perlu berjanji untuk melakukan sesuatu yang takkan pernah kulakukan, hanya berdasarkan prinsip semata! Mendekati 20 tahun usia pernikahan kami, suamiku terkadang masih suka bercanda bahwa kami masih belum sepakat dan keputusanku sudah bulat soal masalah ini. Dia sering berkata, “Hei, bukankah kamu seharusnya mencintai, menghormati, dan MEMATUHIKU?!... Oh, aku baru ingat, kamu bilang dirimu takkan ’patuh’, ya ’kan!” (Dia pikir dirinya lucu!) © Shelia Gulledge / Quora
- Sebelum pengantin wanita meninggalkan rumah orang tuanya ke acara pernikahan, kerabat dekatnya mengikat pita merah di pinggangnya untuk melambangkan kesucian. Karena mempelai laki-laki adalah satu-satunya yang akan melepas simpul pita merah itu, hal ini juga menunjukkan janjinya kepada pasangannya bahwa dia akan menjadi yang pertama untuk mendapatkan akses ke tubuhnya. © Zeynep Cemre / Quora
- Aku dan suamiku memutuskan untuk tidak mengikuti tradisi pernikahan biasa dengan mengundang banyak tamu. Keputusan ini menjadi sulit karena tekanan dari keluarga dan teman-teman kami. Tapi kami akhirnya menikah, saling memasangkan cincin, dan pergi ke luar kota, menyewa kamar di hotel bintang 5, dan menyantap makan malam yang luar biasa di restoran yang bagus. Kami saling menikmati kebersamaan kami dan juga suasananya. Kami tidak menyesali keputusan ini. Menurutku, pernikahan itu adalah pilihan suatu pasangan dan orang lain harus menghormatinya. © aprelSKA25 / Pikabu
- Di Rusia, ada tradisi yang mengharuskan kamu “membeli” sang putri. Untungnya, tak ada yang menyukai tradisi ini, jadi, kami mengabaikannya. Menurutku, tradisi ini tidak sopan terhadap pengantin wanita. Dan suamiku senang saat dia tahu dirinya tak perlu melakukan semua ini.
- Alih-alih mengadakan acara pernikahan, aku dan istriku pergi ke Paris selama 10 hari. Kerabat kami tidak mengerti keputusan kami dan mengatakan semua yang kami lakukan itu salah, dan kami tidak punya masa depan. Kini, kami sudah bersama selama 37 tahun. © Puvel / Pikabu
Apa pendapatmu tentang tradisi pernikahan? Tulis pendapatmu di kolom komentar, ya!
Kredit foto pratinjau Wirestock Images / shutterstock
Bagikan Artikel Ini