7 Tanda Hubunganmu Sehat Meskipun Kamu Tidak Yakin
The Beatles punya lagu “All you need is love”. Namun kenyataannya, pertengkaran, waktu sendiri, dan perselisihan adalah hal yang sebenarnya memberikan kekuatan dan karakter pada suatu hubungan. Meski kamu merasa tersakiti dan mulai meragukan pasanganmu setelah argumen pertama, ahli psikolog memberi tahu kita bahwa cobaan tersebut membuat pasangan mengenal satu sama lain lebih baik dan, pada akhirnya, menjadi lebih erat.
Kami di Sisi Terang mencari tahu perilaku pasangan yang terasa aneh atau bahkan yang memperburuk hubungan, tapi dianggap sebaliknya oleh para psikolog.
1. Kamu menggunakan “kita/kami”, bukan “aku”.
“Kami saling jatuh cinta”, “Kami hamil”. Terus merujuk diri sendiri dengan kata majemuk bisa terdengar aneh bagi orang lain, tapi perlu setidaknya dua orang untuk membentuk suatu hubungan, dan psikolog memberi tahu kita bahwa “kita/kami” memfokuskan fakta bahwa kamu dan pasanganmu kini saling mendukung dalam membina hubungan.
Menurut studi ini, pasangan yang terus menggunakan kata ganti “aku” dalam percakapan diamati memiliki hubungan yang berjarak dan bermasalah. Sebaliknya, menggunakan “kami” dan “kita” dihubungkan dengan empati dan kerendahan hati. Menggunakan kata ganti majemuk memberikan referensi terhadap dua orang sebagai pasangan, dan bukan sebagai dua orang berbeda yang melakukan kegiatannya masing-masing.
2. Kamu tetap menjadi dirimu meski menggunakan “kami/kita”.
Meskipun ada “kita” dan “kami” dalam hubungan kamu, hubungan yang berkembang adalah saat dua orang menyatakan diri sebagai pasangan, namun tetap memiliki identitas masing-masing untuk menjadi individu pribadi. Pengalaman pribadi memungkinkan kamu untuk tumbuh dan becermin pada kehidupan personalmu, yang juga bermanfaat untuk hubungan dan jalinan yang kamu miliki dengan suami/istri atau pasanganmu.
Terlepas dari peran yang baru dan berbeda yang kamu tanggung dalam hidupmu, kamu masih satu orang. Agar kamu dan pasanganmu terus menjaga identitas personal, kamu harus menghormati batasan masing-masing, bersabar, dan terus berkomunikasi. Ini artinya memberikan waktu dan ruang untuk satu sama lain, tidak hanya saat bersama, tapi juga saat terpisah.
3. Kamu saling mempertanyakan.
Apa kamu masih menanyakan orang terkasihmu bagaimana kabarnya, pergi ke mana, atau pergi dengan siapa? Yang kedengarannya seolah menjadi “obsesif”, sebenarnya ini menunjukkan bahwa kamu peduli, dan ini membantu memperkuat hubungan dan kasih sayangmu, sembari menjaga keromantisan dan keintiman tetap awet.
Menurut konselor hubungan, rasa sepi dan pengabaian bisa terjadi karena stres terhadap pekerjaan, tidak menunjukkan rasa terima kasih, dan menghabiskan terlalu banyak waktu di depan TV. Cara yang disarankan untuk menghindari ini adalah “memeriksa” pasanganmu dengan menanyakan mereka pertanyaan spesifik tentang perasaan mereka, yang mereka perlukan, dan apakah ada konflik yang perlu diselesaikan.
4. Kamu setuju untuk tidak setuju.
Konflik adalah hal yang lumrah dalam hubungan, dan bahkan diperlukan untuk memelihara hubungan yang sehat. Tidak setuju pada isu tertentu menunjukkan bahwa kamu adalah dua individu berbeda dengan pandangan yang berbeda pula, tapi berhasil untuk tetap bersama dan menemukan alasan untuk saling mencintai.
Kamu mungkin punya pandangan lain sebagai seorang individu, tapi kamu juga perlu ingat bahwa kalian adalah pasangan. Menurut seorang ahli, kuncinya adalah mendengarkan satu sama lain tanpa menilai pasangan dan memilih kompromi bersama. Pada akhirnya, “bekerja sama untuk menemukan cara baru agar terhubung dan saling menikmati adalah makna dari hubungan sehat.”
5. Kamu membicarakan pengalaman hubungan yang buruk secara terbuka.
Apakah kamu harus membicarakan hubungan lama dan yang tidak berlanjut dengan pasangan atau suami/istrimu? Menurut ahli psikolog, harus, tapi hanya tentang hal positif yang kamu pelajari dari pengalaman yang negatif. Studi menemukan bahwa tidak semua hubungan yang putus mengecewakan, karena sebagai seseorang yang pernah kehilangan cinta, kamu bisa belajar dan berkembang darinya, yang akhirnya menjadikan kamu pribadi yang lebih baik.
Jika kamu pernah mengalami trauma di tahun-tahun sebelumnya, ini adalah topik yang bisa kamu bahas dengan pasanganmu sehingga mereka bisa memahami kamu lebih baik. Membicarakan masa lalu dan berbagi rahasia tidak hanya menunjukkan bahwa kamu percaya kepada pasangan, tapi juga merupakan gestur yang menunjukkan bahwa mereka bisa memercayai dan terbuka kepadamu. Penting agar kamu ingat bahwa rasa percaya adalah salah satu faktor inti dari hubungan yang sehat.
6. Kamu punya batasan.
Batasan harus ada untuk menunjukkan rasa kasih sayang dan hormat kepada pasanganmu. Menurut ahli, tidak ada hubungan sehat tanpa batasan yang berlaku sebagai fondasi untuk keintiman emosional. Beberapa batasan yang bisa kamu dan pasanganmu pertimbangkan adalah:
- Nama panggilan masing-masing
- Tingkat kenyamanan terhadap keintiman dan perilaku yang menunjukkan kasih sayang di tempat umum
- Privasi dan ruang pribadi (Barang milik sendiri apa yang tidak boleh mereka sentuh? Apakah mereka setuju jika kamu punya waktu untuk diri sendiri?)
- Perilakumu di media sosial (Apakah mereka setuju kamu memposting fotonya? Apakah kamu bisa mengubah status hubunganmu?)
7. Kamu meninggalkan anak-anak untuk fokus pada hubunganmu.
Sebagian besar orang tua bekerja keras agar anak mereka dirawat dengan baik, sehingga ketika ada kesempatan untuk berlibur atau makan malam, merupakan hal yang wajar bagi mereka untuk merasa sedikit bersalah karena menitipkan anak-anaknya kepada orang lain. Namun, ahli psikologi memberi tahu kita bahwa pasangan harus fokus terhadap pernikahan dan hubungan mereka terlebih dahulu, sebelum keluarganya.
Meluangkan waktu untuk berkencan atau berlibur beberapa hari memungkinkan kamu untuk membangun jalinan yang lebih kuat dan lebih baik satu sama lain tanpa terganggu dengan tanggung jawab keluarga, dan cara ini memungkinkan kamu untuk mewujudkan perasaan dan cinta antara kalian berdua. Meskipun meninggalkan anak-anak dengan mertua atau di tempat penitipan anak membuat kamu tampak seperti orang tua yang tidak memedulikan anaknya, menghabiskan beberapa hari tanpa mereka sebenarnya menyehatkan.
Adakah hal-hal tabu lain dalam hubungan yang menurutmu malah akan membuat hubungan menjadi sehat?