Sisi Terang
Sisi Terang

12 Celotehan Anak-Anak Ini Menunjukkan Mereka Tak Pernah Kehabisan Kata-Kata

Apa kamu pernah melihat bahwa beberapa anak punya bakat bicara yang hebat? Beberapa dari mereka mengucapkan hal-hal luar biasa, sehingga kita dibuat ingin selalu mengikutinya sambil membawa buku catatan dan pensil untuk menulis setiap kata yang keluar dari mulutnya. Bakat bicara ini mungkin muncul karena anak-anak tidak terikat oleh “pola orang dewasa” atau karena anak-anak memang punya imajinasi yang lebih baik. Tapi faktanya masih tetap sama: terkadang, anak-anak mengucapkan hal-hal yang membuat kita tertawa terbahak-bahak sampai mengeluarkan air mata.

Sisi Terang sudah pernah membagikan beberapa kisah tentang ucapan anak-anak yang menakjubkan. Tapi karena ucapan mereka selalu menjadi sumber rasa bahagia yang tidak ada habisnya, kamu pun tidak bisa berhenti menulis tentangnya.

  • Saat sedang naik kereta bawah tanah. Aku melihat seorang ibu dan anaknya yang berumur sekitar 5 tahun.
    Ibu: “Ibu punya mata biru, kayak langit. Kalau kamu?”
    Anak: “Mataku cokelat kayak...”
    Ibu: “Kayak cokelat yang manis!”
    Anak: “Kayak bakso.” © _UNESCO_K / Twitter
  • Anakku yang berumur 5 tahun mengatakan ini dengan nada sedih, “Aku mau menguasai dunia, tapi mungkin aku bakal punya sifat yang membosankan dan harus bekerja di toko dengan gaji sedikit.” Sepertinya, sudah waktunya aku membuatkan dia akun Twitter. © lessprit / Twitter
  • Ini kisah temanku: Dia sedang naik bus bersama anaknya yang berumur 3 tahun. Seorang pria duduk tepat di sebelah mereka dan bertanya kepada anak itu,
    “Nak, siapa namamu?”
    “Jake!”
    Pria itu tersenyum dan bertanya lagi,
    “Kalau sudah besar, kamu mau jadi apa?”
    “JAKE!” © My Story / VK
  • Saat sedang bekerja, aku mendapat telepon dari anakku yang berumur 10 tahun, “Ma, Mama masih hidup?” Aku hampir tersedak karena sedang minum teh.
    “Masih, ada apa?” tanyaku.
    “Nggak apa-apa. Abisnya Mama nggak nelepon aku.” © nuJazheGovorila / Pikabu
  • Anakku baru berumur 4 tahun. Aku membeli vakum dengan gagang panjang dan sejak saat itu, anakku selalu berlari ke mana-mana sambil menyedot debu di lantai. Di suatu pagi, aku melihatnya menyedot debu dan bergumam, “Ya ampun, aku harus buang air kecil, tapi aku harus kerja...” © Palata № 6 / VK
  • Aku dan suamiku sedang bekerja sambil duduk, lalu putra kami yang berumur 7 tahun datang dan berkata, “Aku punya sesuatu untuk Mama dan Papa.” Kami bilang, “Wah, coba mana lihat.” Anakku mengambil buku gambarnya, membuka halaman pertama, dan menunjuk tulisan, “Aku mau menjadi kucing. Presentasi.” Halaman 2, “Alasan aku ingin menjadi kucing:
    1. Kucing sering makan.
    2. Kucing sering tidur.
    3. Kucing nggak perlu belajar.
    4. Kucing nggak perlu bayar sewa rumah.
    5. Kucing punya pelayan berkaki 2.
    6. Kucing itu imut.”
    Halaman 3, “Tamat.”
    “Nah, sekian presentasiku. Ada pendapat? Apa aku boleh jadi kucing dan nggak usah masuk sekolah besok?” © Palata № 6 / VK
  • Seminggu lalu, istriku baru dari penata rambut. Jujur saja, potongan rambut barunya lumayan pendek dan dia khawatir sekali. Istriku, karena frustrasi, bilang,
    “Mana bisa aku ke kantor kayak gini?!”
    Anak perempuanku yang berumur 5 tahun, dengan nada menghibur, bilang:
    “Mama! Tenang aja! Aku punya masker rambut!” © My Story / VK
  • Ini sudah larut malam. Anakku mau tidur dan dia melihat laba-laba jingga sebesar kotak korek api di langit-langit.
    Aku bertanya kepadanya, “Kamu nggak takut?”
    Anakku, “Oh, ayo kita pindahin dia!”
    Jadi, kami memulai operasi pemindahan laba-laba besar ini. Anakku membuka jendela selebar mungkin, aku keluar untuk mengambil alat yang diperlukan. Aku menggunakan pel untuk memindahkan laba-laba di lantai (anakku penasaran sekali, jadi, dia ada di sudut ruangan, menonton dari kejauhan), aku mendapatkan laba-laba itu dan membuangnya ke kegelapan malam di luar. Satu detik kemudian, kami mendengar suara teriak kencang sekali.
    Kamu berdua, “Uups.”
    Anakku, “Oke, kapan-kapan, kita matiin aja, ya?” © 123mi / Pikabu
  • Kemarin adalah hari ulang tahun ibu mertuaku. Kami mau mampir ke rumahnya di akhir pekan, tapi saat ini, istriku sedang memberinya selamat lewat telepon. Anak sulungku sedang mengerjakan PR dengan teman sekelasnya di ruangan yang sama. Aku bertanya kepada anakku,
    “Apa kamu mau ngobrol sama Nenek?”
    “Nggak. Setiap kali aku ngobrol sama Nenek, Nenek selalu ngabisin waktu 30 menit buat ngasih aku selamat, seolah-olah aku lagi ulang tahun, dan aku sekarang mau jalan-jalan.”
    Teman sekelasnya bilang,
    “Aku membacakan puisi tentang nenek untuk nenekku, jadi, nenekku menangis dan langsung menutup telepon.” © 31sulim99 / Pikabu
  • Putra tengah temanku saat ini kelas 5 SD dan dia pernah mendapatkan nilai A untuk menggambar. Gurunya kagum dengan tingkat detail dalam gambarnya, jadi, gurunya bertanya,
    “Jack, apa ada yang bantuin kamu pas bikin gambar ini?”
    Jack, sebagai anak yang jujur, berkata,
    “Ada.”
    “Siapa yang membantumu? Papa atau mamamu?”
    “Adikku.”
    “Berapa umurnya?”
    “Umurnya 6 tahun.” © Speranskaya / Pikabu
  • Aku selalu menganggap putraku sangat dewasa. Tapi saat dia sedang ikut perayaan Natal di TK, dia berteriak dari panggung, “Teman-teman, semua ini bohong! Aku melihat jenggot Sinterklas di garasi papaku!” Aku sekarang sadar dia agak terlalu dewasa untuk usianya. © Palata № 6 / VK
  • Putra temanku baru bisa bicara saat berusia 5 tahun. Dia cuma bilang “ya” dan “tidak,” tapi lebih sering cuma mengangguk. Dokter sudah memeriksanya, tapi tidak ada hasil. Suatu hari, beberapa anak yang lebih besar mengambil bolanya di taman bermain, lalu dia kesal dan mendatangi ibunya.
    Temanku bertanya, “Kenapa bolamu tidak kamu ambil lagi? Itu milikmu! kamu harus bisa melindungi barang milikmu!”
    Lalu anaknya langsung bicara dengan lantang dan jelas, “Aku takut, Ma.” © Palata № 6 / VK

Kapan terakhir kali kamu mendengar celotehan lucu dari anak-anak? Kalau ingin membagikannya ke pembaca lain, tulis di kolom komentar, ya!

Kredit foto pratinjau © Palata № 6 / VK
Bagikan Artikel Ini