Sisi Terang
Sisi Terang

Inilah 10 Hal Tak Terduga yang Dilakukan para Orang Tua Super Protektif

Semua ibu mengkhawatirkan anak-anak mereka dan itu wajar. Tapi terkadang kepedulian berubah menjadi rasa cemas dan ini bisa menimbulkan gangguan psikologis dalam diri para ibu, anak-anak, dan seluruh keluarga.

Sisi Terang telah menghimpun beberapa pertanda ibu yang mengalami kecemasan. Artikel ini akan membantumu mengambil tindakan yang benar tepat pada waktunya, agar proses pengasuhan anak lebih mudah.

10. “Jika pakaian anakku kotor sebelum tamu datang, aku akan menggantinya.”

Ini bukan tentang kerapian, tapi keinginan untuk menjadi ibu yang sempurna. Tindakan dan pikiranmu hanya fokus pada sikap orang—kamu ingin mereka melihat bahwa dirimu fokus untuk menjadi ibu. Orang mengungkapkan kegembiraan mereka dan kamu bahagia, tapi kalau tidak, kamu menyesal.

9. “Jika anakku tidak bisa mengerjakan sesuatu sendiri, aku akan selalu membantu.”

Kamu berpikir kalau anak lain mampu melakukan ini itu, berarti anakmu pun bisa. Tapi kamu tidak ingat bahwa anakmu adalah individu yang memiliki kemampuan dan keinginan sendiri. Jika anakmu gagal melakukan sesuatu, kamu mulai mencelanya atau mencela diri sendiri.

Perilaku ini menyebabkan anak mengalami penurunan kinerja akademik. Kalau kamu sadar bahwa semua manusia berbeda dan menjadi yang terbaik dalam semua hal tidak akan membuat siapa pun senang, maka hidup anak dan dirimu akan lebih mudah.

8. “Ketika anakku punya waktu luang, aku khawatir dan akan mencari tugas untuknya.”

Kamu jenis orang tua yang mencoba agar anak tetap sibuk cuma agar dia tetap berada di dekatmu. Kamu tidak percaya bahwa dia juga bisa mengambil keputusan sendiri tanpa masukan darimu atau tidak ada siapa pun kecuali kamu yang tahu yang terbaik baginya. Anak-anak seperti ini punya begitu banyak pelajaran, kewajiban, dan hobi, sehingga tidak ada waktu untuk diri sendiri. Mereka tidak pernah merasakan kebebasan dan tidak bisa mengeksplorasi minat sendiri.

Saat anak-anak ini dewasa, mereka tidak mampu memikul tanggung jawab dan tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan hidup mereka.

7. “Kalau anakku pergi dengan teman-temannya, kususun rencana aktivitas mereka.”

Begitu anakmu bertambah besar, dia akan punya teman. Saat mereka akan pergi jalan-jalan atau ke swalayan, kamu merencanakan apa yang harus mereka lakukan dan ke mana saja mereka harus pergi. Kamu menyimpan nomor telepon dan alamat semua teman anakmu serta kerabat mereka.

Perilaku ini bisa menimbulkan perundungan di sekolah dan merampas kebebasan anak karena dia selalu mendengar ibunya dan tidak bisa mengambil keputusan sendiri.

6. “Saat anakku merasa sedih, aku berpikir itu salahku.”

Kamu sama sekali lupa dengan hidupmu sendiri. Kamu selalu stres dan kesal. Kamu merasa bersalah jika membeli sesuatu untuk diri sendiri.

Ketika anakmu tumbuh lebih besar, kamu mencoba melindungi dia dari pikiran sedih dan terlalu bersimpati kepadanya jika terjadi masalah. Untuk menjadi orang yang sehat, seseorang harus merasakan segala macam emosi dan perasaan dan tahu cara mengatasi emosi dan perasaan negatif.

5. “Jika anakku ingin melakukan permainan rope course atau pergi outbound dengan kelasnya, aku akan melarangnya.”

Setiap gagasan membangunkan ratu drama dalam dirimu. Mungkin kamu biasa melarang anakmu naik ayunan sebab itu terlalu berbahaya. Benar, ’kan?

Kamu berusaha membuat hidup ini bisa diprediksi, tapi tentu kamu tidak bisa memprediksi semuanya. Omong-omong, dunia ini tidak begitu menakutkan. Jadi, apakah memang perlu merasa begitu khawatir?

4. “Jika anak remajaku ingin mencari uang selama liburan, aku akan mencarikan pekerjaan untuknya.”

Untuk melindungi anakmu dari majikan yang tidak adil, kamu memutuskan untuk mencari pekerjaan yang aman baginya. Kamu tidak mempertimbangkan keinginan anak, sehingga kemampuannya untuk mengambil keputusan, memilih di antara berbagai opsi, menilai risiko, dan keterampilan berguna lain tidak berkembang. Menjadi orang dewasa tanpa sifat-sifat ini benar-benar sulit.

3. “Orang tua harus melindungi anak mereka dari risiko apa pun.”

Jadwal anakmu selalu ketat dan jika terjadi masalah, kamu merasa stres. Anakmu sangat terisolir dari teman-teman sekelasnya dan orang lain. Omong-omong, perilaku orang tua ini bisa menyebabkan histeria parah.

2. “Aku mengecek semua yang disarankan teman anakku untuk dibaca, ditonton, dan didengarkan.”

Kamu seperti mata-mata dan itu tidak baik. Kamu dan anakmu hanya bisa bahagia jika saling percaya. Mengajari anakmu cara berperilaku di media sosial lebih penting daripada mengendalikan akun-akunnya di dunia maya.

1. “Ketika anakku pulang sekolah, aku mengembuskan napas lega.”

Kamu tersenyum dan tampak bahagia saat anakmu pulang, tapi sebenarnya menyembunyikan kecemasan. Kamu membantu anakmu dan melakukan hal-hal sederhana untuknya: kamu mencuci pakaiannya, membersihkan kamarnya, memilih tanggal wawancara kerjanya, dan seterusnya. Hasilnya, saat anakmu dewasa, ada 2 skenario: dia tidak bisa mengambil keputusan sendiri atau membantahmu ketika dia mencoba untuk bebas.

Jika ada 1 atau 2 poin di atas yang sesuai denganmu, berarti kamu normal. Jika “skor” yang kamu dapatkan lebih banyak, sudah saatnya memikirkan sikapmu terhadap anak-anak, karena kecemasan orang tua berkontribusi terhadap kerentanan dalam diri anak. Ada risiko anakmu akan selalu merasa takut terhadap masa depan dan berbagai masalah psikologis lain, yang tidak memungkinkan seseorang untuk berkembang.

Jangan terlalu protektif terhadap anakmu, lebih baik mendukungnya, dan membiarkannya mengambil keputusan sendiri sehingga dia tahu bahwa dunia adalah tempat menarik dan menakjubkan untuk dijelajahi.

Apa kamu sepakat dengan semua pernyataan yang disebutkan dalam artikel ini? Bagikan pendapatmu kepada kami.

Kredit foto pratinjau Depositphotos.com, Depositphotos.com
Sisi Terang/Keluarga & anak/Inilah 10 Hal Tak Terduga yang Dilakukan para Orang Tua Super Protektif
Bagikan Artikel Ini