Jangan Ajarkan Balita Berbagi, Ini Alasannya
“Berbagi berarti peduli”. Itulah yang diajarkan kepada kita dan kita mau anak-anak kita memahaminya. Terkadang, sulit menyuruh anakmu berbagi mainan dengan anak lain tanpa membuatnya mengamuk. Masalahnya, usia anak harus dipertimbangkan dan jangan mengajari mereka berbagi sampai cukup dewasa.
Kami di Sisi Terang tidak menyangka bahwa usia berpengaruh saat mengajari anak berbagi dengan anak lain. Tapi ternyata, kamu bisa gagal jika melakukannya terlalu awal!
Balita tidak paham artinya berbagi.
Balita terlalu muda untuk memahami konsep berbagi. Jadi, percuma saja menjelaskan bahwa mereka harus berbagi mainan dengan anak lain. Mereka tidak akan paham, dan kata-katamu tidak akan berpengaruh.
Jadi, kamu harus menunggu anakmu sampai sedikit lebih dewasa, saat mental dan emosinya cukup berkembang untuk bisa memahami bagaimana berbagi dan peduli saling berhubungan dan alasan bahwa berbagi adalah hal yang baik.
Memiliki barang membantu mereka membangun perasaan diri.
Balita tidak memahami konsep berbagi karena, salah satu alasannya, mereka belum punya konsep tentang diri sebagai pribadi yang terpisah dan individual. Memiliki mainan yang hanya milik mereka dan tidak dimiliki orang lain dapat memberi mereka pemahaman itu. Jadi, saat mereka mengambil sesuatu dan menjadikannya milik mereka, itu bukanlah sifat egois. Mereka sedang “menguji hipotesis bahwa mereka adalah individu”.
Pada usianya, balita tidak memahami bahwa suatu benda bisa dimiliki oleh orang lain, bukan hanya oleh mereka.
Mereka pikir berbagi berarti merelakan mainan mereka.
Hal lain yang mengeruhkan persoalan ini adalah konsep waktu. Balita juga tidak memahaminya. Jadi, saat orang tua berpikir bahwa tidak masalah membiarkan anak lain memainkan mainan anak mereka sebentar, anak mereka justru menganggap mainannya berpindah kepemilikan. Karena mereka tidak bisa membayangkan orang lain bisa memilikinya untuk jangka waktu tertentu, lalu mengembalikannya. Mereka juga tidak mampu memahami saat kamu menyuruh mereka main “bergantian.”
Mereka tak bisa mengendalikan dorongan hati.
Balita kesulitan mengendalikan dorongan hati mereka. Jadi, jika mereka mau sesuatu dan menjadikannya milik mereka, mereka tidak bisa berubah pikiran.
Beginilah kamu bisa menyampaikan kepada anakmu bahwa berbagi adalah hal baik.
Terkadang, balita mungkin berbagi sesuatu kepadamu. Namun, ini bukan tindakan alam sadar, mereka hanya menyelidiki dan bereksperimen. Jika itu terjadi, kamu bisa mengatakan kepada anakmu bahwa mereka baik karena berbagi, dan berbagilah kembali kepada mereka dengan tulus. Jadi, jika situasi ini terjadi secara alami, kamu bisa memanfaatkannya sebagai kesempatan untuk mengajarinya.
Jika seseorang mengambil mainan anakmu, kamu perlu membuatnya merasa dipahami. Kepada anakmu, kamu bisa menjelaskan emosi mereka dan menekankan kamu paham bahwa mereka tidak suka seseorang mengambil mainan mereka. Kamu juga bisa memberi tahu mereka untuk memegang erat milik mereka karena itu hak mereka. Untuk anak yang mengambil mainan, kamu bisa menyarankan dia untuk minta izin sebelum menggunakannya lain kali, alih-alih langsung mengambilnya.
Namun, jangan memaksakannya. Jika kamu terus memaksa anakmu untuk berbagi mainan dengan orang lain, anakmu mungkin mulai mengaitkan kata ini dengan sesuatu yang negatif. Lalu periode “keegoisan” dan keinginan memiliki sesuatu untuk mereka sendiri mungkin berlangsung lebih lama.
Seiring waktu, anakmu akan memahami dunia dengan lebih baik dan mungkin belajar menyukai perbuatan berbagi karena mereka akan tahu itu membuat orang lain bahagia.
Kapan kamu mulai mengajari anakmu berbagi dengan orang lain? Apa ada trik yang membantumu saat mengajarkan pelajaran ini?