Sisi Terang
Sisi Terang

13 Pakaian yang Membuktikan bahwa Mode Selalu Berulang

Kita sering merasa bahagia atau sedih ketika pakaian yang trendi 10 atau 20 tahun lalu kembali menjadi trendi. Namun, ketika membuat koleksi baru, perancang busana sering terinspirasi oleh tren yang umurnya sudah ratusan atau ribuan tahun. Jadi, orang Sumeria yang menghiasi pakaian mereka dengan rumbai-rumbai dan gaun dengan lengan terpotong dianggap chic di masa Tudor.

Di Sisi Terang, kami mempelajari sejarah mode dan menemukan berbagai unsur pakaian modern yang telah diadopsi dari mode yang berasal dari abad-abad yang lalu.

Kulot sudah trendi, bahkan pada akhir abad ke-19.

Pada tahun 1890-an, para wanita mulai memainkan berbagai cabang olahraga. Salah satu olahraga yang populer adalah bersepeda. Akan tetapi, kamu takkan bisa menikmatinya karena pakaian wanita pada saat itu. Bersepeda dengan rok lebar bukan cuma tidak nyaman, tapi juga berbahaya. Oleh karena itu, para penjahit menemukan jenis pakaian baru—kulot, yang merupakan kombinasi antara kenyamanan dan aturan kesopanan. Kulot masih populer hingga kini.

Rangka rok wanita masih bisa dijumpai di berbagai pernikahan dan di atas karpet merah.

Pada pertengahan sampai akhir abad ke-19, crinoline diganti oleh bustle. Untuk menghasilkan siluet yang dibutuhkan, para wanita memasang bantalan khusus tepat di bawah pinggang. Unsur ini akhirnya ketinggalan zaman pada awal abad ke-20 dan hampir tidak pernah dipakai dalam pakaian modern. Akan tetapi, pakaian serupa bisa dilihat dalam berbagai pertunjukan adibusana terkemuka. Kerangka juga dipakai untuk membuat gaun pernikahan atau gaun malam.

Pakaian telah dihias dengan jumbai sejak era Sumeria.

Pada era Sumeria, pria dan wanita memakai kaunake. Ini adalah rok atau gaun pembalut yang dihias dengan jumbai. Agar bahannya tampak seperti bulu asli, jumbai benang atau wol yang digulung dianyam pada kain yang ditenun. Pakaian ini sering membiarkan satu bahu terbuka. Motif Sumeria masih bisa ditemukan dalam koleksi perancang mode modern.

Pakaian koyak sudah trendi bahkan sebelum masa Renaisans.

Pada abad ke-15, bangsawan memamerkan pakaian berlubang-lubang. Potongan-potongan dipakai untuk menghias pakaian apa pun, termasuk sepatu. Namun, tren modis ini paling sering dipakai di lengan.

Potongan-potongan kecil menunjukkan bagian dari kamisol yang dipakai seseorang. Di saat yang sama, sebagian penjaga moral menganggap pakaian ini tidak sopan. Pakaian koyak menjadi populer lagi pada tahun ’70-an dan ’80-an sebagai bagian dari mode punk.

Lengan menggembung tetap populer dalam 100 tahun terakhir.

Para wanita telah memakai lengan menggembung selama berabad-abad. Pada abad ke-19, siluet baru menjadi tren—gigot, yang artinya kaki domba. Lengan ini sangat menggembung di sekitar bahu, bentuknya makin mengecil ke arah siku dan menjadi ketat di pergelangan.

Untuk membuat satu lengan saja dibutuhkan kain lebih dari 1,8 m. Karena lengan ini, seorang wanita kadang kesulitan melalui ambang pintu atau memakai tangannya. Sebagian kritikus mode bahkan telah mengolok-olok tren ini. Meskipun begitu, lengan gembung masih trendi bahkan di masa sekarang.

Lengan palsu menjadi modis pada awal abad ke-19.

Detail pakaian ini sudah ada bahkan sebelum tahun 1810, tapi biasanya dibuat dari kain yang sama dengan seluruh gaun. Kemudian, lengan yang dibuat dari kain atau warna yang berbeda menjadi trendi. Lengan ini dipakai di bawah atau di atas lengan biasa.

Akan tetapi, di masa itu, lengan tersebut dipasang pada pakaian. Sekarang, lengan ini bisa dipakai langsung pada lengan.

Berkat industri manufaktur, para wanita bisa memakai pakaian yang terbuat dari renda atau tule.

Industri manufaktur renda memunculkan gaya gaun yang terbuat dari jaring dan lengan renda. Membuat kain dengan banyak hiasan sulit dilakukan di mesin jahit pada masa itu sehingga kain disulam dengan tangan.

Kain jaring ringan menutup bahan yang lebih padat dan berat. Lengan yang bisa dilepas terbuat dari kain jaring atau tule, yang dipakai di atas lengan lentera. Pakaian serupa masih bisa dilihat di atas karpet merah dan di panggung busana.

Pada abad pertengahan, cuma wanita bangsawan yang memakai pakaian berlapis-lapis.

Pada abad pertengahan, para wanita biasanya memakai gaun-gaun dengan gaya bervariasi. Namun, ada satu persamaan—banyak lapisan. Makin terhormat seorang wanita, makin banyak lapisan pakaian yang dia pakai, dengan memakai kain mewah.

Salah satu pakaian populer adalah gaun pas di badan, yang terkadang diikat dengan sebuah ikat pinggang. Sebuah mantel tambahan atau gaun luar tanpa lengan dipakai di atas gaun. Lapisan terluar bisa berupa mantel. Tren abad pertengahan masih bisa ditemukan pada pakaian modern.

Tren abad pertengahan berupa lengan yang bisa dilepas sekarang masih modis.

Pada akhir abad ke-15 sampai awal abad ke-16, lengan sering kali dipasang pada pakaian dengan pita, tali, atau kancing. Karena unsur pakaian ini tidak cukup pas dengan korset, pakaian dalam bisa dilihat melalui potongan. Lengan ini merupakan penemuan nyaman karena seorang wanita bisa dengan mudah menggantinya dengan lengan baru tanpa melepas gaunnya.

Gaun redingote awalnya dimaksudkan untuk berkuda.

Pada paruh kedua abad ke-18, gaun-gaun redingote menjadi tren. Sampai saat itu, pria dan wanita memakainya ketika berkuda dan pakaian ini dianggap sebagai pakaian luar. Kemudian, para wanita mulai membuat gaun-gaun mereka seperti gaun redingote.

Gaun ini dipakai di atas korset dan rok. Gaun ini dipasang dengan kerung leher bentuk V dalam, yang terkadang ditutup dengan syal tipis. Sekarang, pakaian dengan potongan serupa masih bisa ditemukan di pertunjukan busana dan di toko-toko modern.

Rok bersimpai selalu trendi.

Sejak abad ke-15, para wanita telah memakai berbagai konstruksi untuk menambah volume pada rok mereka. Awalnya, mereka memakai farthingale untuk tujuan ini, lalu pannier, dan pada abad ke-19, crinoline menjadi tren. Wanita biasa memakai beberapa rok dalam di bawah gaun mereka, yang terbuat dari katun atau linen dengan tambahan rambut kuda.

Pada pertengahan abad ke-19, itu semua diganti dengan struktur logam. Crinoline memungkinkan diperolehnya siluet seperti jam pasir yang sangat trendi pada masa itu. Selama abad ke-20 dan ke-21, model rok bersimpai telah kembali dari waktu ke waktu.

Setelan pakaian wanita pertama muncul pada awal abad ke-20.

Pada awal abad ke-20, banyak wanita mulai bekerja. Untuk tujuan ini, mereka butuh pakaian praktis. Karena itu, setelan pakaian pertama dibuat, yang terdiri dari rok, blus, dan jaket. Setelan itu disukai oleh banyak wanita dan menempuh perjalanan dengan memakai setelan terasa nyaman.

Wanita bisa mengganti blus yang kotor tanpa melepas roknya, bagian pinggang ditekankan dengan sebuah pita atau tali, dan kerahnya dihias dengan dasi sempit.

Kerah Bertha ditemukan pada pertengahan abad ke-19.

Pada pertengahan abad ke-19, para wanita mulai menunjukkan bahu mereka. Kerung leher makin dalam pada gaun-gaun malam dan dihias dengan kerah lebar yang terbuat dari kain atau renda.

Detail ini disebut kerah Bertha. Cuma perwakilan dari kelas menengah dan atas yang bisa menjangkau pakaian dengan unsur ini. Gaun-gaun berkerah Bertha masih populer dan bisa ditemukan baik di panggung busana maupun di toko-toko pakaian biasa.

Tren mode mana yang kamu sukai? Beri tahu kami melalui komentar di bawah, ya.

Bagikan Artikel Ini