Sisi Terang
Sisi Terang

20+ Perempuan Ini Membagikan Pengalaman yang Membuat Mereka Kapok dengan Salon Kecantikan

Merawat diri sendiri adalah bagian yang penting dari kehidupan setiap perempuan. Bulu mata palsu, manikur, menghilangkan bulu dan rambut, pewarnaan alis, serta pewarnaan rambut adalah hal umum bagi setiap penggemar mode. Prosedur-prosedur ini dapat dilakukan berulang kali dan tak mudah untuk keluar dari lingkaran setan ini. Akan tetapi, gaya hidup modern cenderung lebih memilih bahan organik dan ramah lingkungan, sehingga makin banyak wanita melupakan salon dan kembali ke kecantikan alaminya masing-masing.

Sisi Terang menghampiri beberapa perempuan yang tidak lagi ingin mengubah penampilan mereka dan mencari tahu kenapa mereka mencoret salon kecantikan dari daftar rutinitas mingguan mereka. Di bagian bonus, kamu bisa melihat 2 foto: bukti nyata bahwa mencari manikur yang bagus setelah pindah ke negara lain adalah hal yang sulit dan kisah seorang perempuan yang tak pernah mengunjungi salon kecantikan seumur hidupnya.

Riasan

  • “Sepupuku membayar seorang penata rias senilai Rp2.000.000 untuk meriasku sambil memberikan tips saat melakukannya. Beginilah tampilanku ketika masuk dan bagaimana penampilanku begitu keluar, seseorang tolong selamatkan aku.” merionization / Reddit
  • “Riasan pernikahan buruk yang kubayar senilai Rp700.000.” wytte / Reddit

Sulam bulu mata

  • Yulianna: Aku menolak mencoba sulam bulu mata lagi untuk selamanya karena alergi. Meski aku menggunakan produk hipoalergenik, mataku tetap gatal dan memerah. Aku sudah mencobanya beberapa kali, tapi hasilnya selalu sama. Aku harus menerima kondisiku, dan kini akan memamerkan bulu mata alamiku saja. Langkah selanjutnya yang ingin kulakukan adalah berhenti pergi ke salon untuk mencokelatkan kulit. Meski warna alami kulitku kurang memuaskan, aku memahami semua dampak buruk prosedur itu.
  • Anna: Aku menolak mencoba sulam bulu mata atau laminasi bulu mata. Bulu mata buatan akan selalu rontok bersama bulu mata alamiku, dan setelah dicabut, bulu mata takkan rata dan berantakan. Aku mencoba prosedur ini 2 kali dan aku merasa sudah cukup. Ada satu lagi kelemahan sulam bulu mata, yaitu membuatmu terlihat lebih tua. Untuk laminasi bulu mata, itu hanya terlihat keren pada awalnya, tapi setelah beberapa waktu, bulu matamu akan menjadi sangat keriting dan mulai rontok.

Manipulasi rambut

  • Polina: Awalnya, aku punya rambut lurus, lalu aku mengeritingnya dan mengulanginya secara rutin setiap 6 bulan selama 5 tahun. Akhirnya, aku mulai bosan dengan rambut keriting dan melakukan pelurusan kimia pada rambutku. Aku tidak menjalani prosedur lain untuk rambutku, dan pada suatu hari, aku menyadari rambutku menjadi jauh lebih pendek. Sebagian rambutku rontok ketika disisir. Dan, tentu saja, rambutku menjadi lebih tipis. Lewat foto-foto di atas, kamu bisa melihat bagaimana rambutku terus berkurang setelah setiap prosedur.
  • Margo: Laminasi rambutku hanya membuang-buang uang. Prosedur ini sempat tren beberapa waktu lalu. Aku mencobanya, tapi tersadar kalau itu semua cuma omong kosong.
  • Norah: Setelah melahirkan, aku enggan mewarnai rambutku, membiarkan warna alamiku tumbuh, dan rambut keritingku mulai terlihat jauh lebih baik. Kini, aku tidak mau mewarnai rambutku sampai mulai beruban.
  • Anna: Aku terus mewarnai rambut pirangku untuk waktu yang lama. Suatu hari, aku pergi ke salon untuk mengubah rambut pirangku dan itu membuatku menangis di kursi si penata rambut. Dia berkata, “Aduh, ada yang salah, rambutmu menjadi lebih gelap.” Setelah itu, mereka membakar beberapa helai rambutku dalam proses penataan dan membuatnya rontok. Yang pasti, mereka tidak memberitahuku tentang itu. Aku telah mencoba menumbuhkannya kembali selama 2 tahun ini. Sejak itu, aku tak pernah berniat mengunjungi salon kecantikan lagi.
  • Aku menunjukkan foto yang disebelah kiri kepada penata rambutku dan bilang aku hanya ingin pola ini jika dia bisa melakukannya, dan dia bilang bisa melakukannya, lalu hasilnya seperti ini. Aku tidak meminta uangku dikembalikan bukan karena aku malu atau canggung. Tapi, yah, kita seharusnya tidak perlu malu mengatakan kita tidak mampu melakukan sesuatu agar tidak merusak kepala seseorang. © prettys*****kitty101 / Reddit
  • Ini terjadi 2 tahun lalu. Aku membayar Rp2.500.000, mereka tak mengembalikan uangku, dan mereka mengatakan telah melakukannya dengan sempurna. Sejak ini terjadi, aku tak pernah mau ke salon lagi! Kini, aku yang merawat rambutku sendiri! © ElfenLied518 / Reddit

Manikur

  • Anna: Aku pernah mengalami masalah di salon kecantikan yang menghancurkan keinginanku untuk pergi ke sana lagi. Ahli manikur di sana membungkus kukuku dengan aluminium foil dan memintaku menunggu dalam posisi ini selama 25 menit. Aku menjelaskan bukankah menghapus lapisan atas dan menaruh sepotong kapas dengan foil akan lebih mudah. Aku mendengar jawaban si ahli manikur, “Apa kamu mencoba mengajarkan seorang profesional?” Setelah balasan ini, aku terdiam dan wajahku lumayan kesal. Saat mulai melepaskan kuteks gel-nya, dia mulai mengikirnya dengan sangat kasar dan jelas sekali dia juga mengikir kuku asliku. Aku terus diam, yang menurutku adalah pencapaian luar biasa bagiku. Kemudian, dia menatapku dan berkata, “Kenapa wajahmu cemberut begitu? Apa ada masalah?” Aku sangat terkejut. Aku menjawab mungkin wajahku mencerminkan semua emosiku terhadap proses ini dan aku yakin komentar tersebut takkan bisa dia terima. Lalu dia bertanya kepadaku, “Apakah kita perlu melapisi kukumu atau tidak?” Aku menjawab tidak ingin dia melakukan prosedur lain untuk kukuku. Aku pergi ke resepsionis dan dengan tenang menjelaskan masalah yang terjadi. Dia pergi ke si ahli kuku, kembali, dan berkata, “Kenapa tadi kamu cemberut? Itu salahmu!” Sekakmat!
  • Christine: Salah satu alasanku takut mengunjungi salon kuku adalah karena kurangnya prosedur disinfektan. Alat-alatnya jelas didisinfektan setelah setiap penggunaan, tapi aku kurang yakin semuanya dilakukan sesuai aturan. Karenanya, aku mencoba bertanya kepada para staf apakah mereka punya sirkulasi udara yang baik di salon, apa mereka menetralkan udara di ruangan secara teratur, dan berapa banyak ahli kuku serta klien yang bisa berada di salon pada saat yang sama. Jawabannya cukup mengecewakan. Tapi tetap saja, aku tak bisa menata kukuku secantik di salon.
  • Irina: Bertahun-tahun lalu, aku selalu memakai shellac dan mengatur jadwalku untuk mendapatkan prosedur ini dari manikurku. Saat anakku masih kecil, aku pergi ke salon bersamanya. Tahun ini aku menghentikan lingkaran setan ini dan kembali ke kuku alamiku. Aku takkan melapisi kukuku lagi. Melegakan sekali! Aku hanya ke salon kuku untuk prosedur dasar (tanpa coating) atau aku melakukan manikur sendiri.

“Kuku kakakku untuk pernikahan, apa yang dia minta vs apa yang dia dapatkan”

  • Carine: Suatu hari, aku tak mau mengunjungi salon kuku lagi dan sudah tidak pergi ke sana selama hampir setahun. Semua karena suatu kejadian yang dimulai saat semua tren desain tampak sangat mengerikan. Aku menghabiskan banyak waktu memilih kuku apa yang akan aku coba selama 4 minggu ke depan dan merasa tak nyaman karena merasa seperti memiliki semacam keharusan, seolah seseorang memaksaku melakukannya, bukan karena aku menginginkannya. Selain itu, aku juga membuang-buang waktuku yang berharga. Akhirnya, aku mulai merawat kuku sendiri dan puas melihat kuku alamiku tanpa coating. Setelah beberapa waktu berselang, tiba-tiba, aku rindu punya kuku merah dan memutuskan pergi ke salon lagi. Kini, aku benar-benar paham apa yang aku suka yaitu coating nude atau merah di kuku pendek. Rasa tidak nyamanku hilang. Kini, saat aku ke salon, aku bisa menghabiskan waktu bersama sang penata kuku yang juga menjadi sahabatku selama beberapa bulan terakhir.
  • Yasmine: Katakan tidak pada kuteks gel. Prosedur ini akan melukai kuku yang tumbuh dengan sehat, dan kualitas coating itu sendiri biasanya buruk.
  • Mariana: Dokter kulitku bilang jika seorang perempuan tak punya kuku setebal besi, sebaiknya dia tidak melapisi kukunya dengan kuteks gel secara rutin karena kuku bisa menipis dan bahkan terkelupas. Ini lebih sering terjadi jika kita menggunakan warna gelap. Sekarang, aku takut mencoba manikur dan pedikur lagi.
  • Anastasia: Aku sudah tidak ke salon kuku lagi selama setahun. Suatu hari, mereka menghapus coating kukuku dan aku melihatnya bolong sampai bagian tengah. Aku mengira itu adalah jamur. Aku bergegas ke dokter untuk mengeceknya dan menunggu hasil pemeriksaan mereka selama sebulan. Tapi aku beruntung, itu bukan jamur. Rupanya, proses itu melukai atau mematahkan kukuku. Saat kuku baru mulai tumbuh, bolong ini akan hilang. Setelah itu, aku tak mengunjungi salon kuku lagi untuk waktu yang lama, aku takut pada kikir yang mereka gunakan saat itu.
  • Aytalina: Aku menolak memakai kuteks gel demi alam. Ketika dihilangkan, coating berubah menjadi debu, yang pada dasarnya adalah partikel mikroplastik. Sama seperti berlian imitasi, payet, dan lain-lain. Sepertinya, aku tak perlu membahas tentang bahaya mikroplastik. Selain itu, salon juga menggunakan banyak bahan sekali pakai seperti kapas, sarung tangan, kikir, dan masih banyak lagi. Semua ini juga membawa dampak negatif pada lingkungan karena sulit didaur ulang. Yang lebih buruknya lagi, kurasa semua bahan itu bahkan tidak didaur ulang, melainkan hanya dibuang ke tempat sampah yang sama tanpa disortir. Terlalu banyak sampah berbahaya untuk satu klien.

Pedikur

  • Julia: Aku menolak mencoba manikur dan pedikur di salon lagi. Pertama, aku merasa membuang waktu beberapa jam dengan orang asing yang pada dasarnya adalah orang yang enggan kuajak bicara sangatlah sia-sia. Aku juga tidak suka menghabiskan waktu bolak-balik ke salon. Kedua, aku tidak suka bergantung pada ahli kuku, andai kukuku patah, aku harus bisa memperbaikinya sendiri dalam 15 menit. Tapi kalau pergi ke ahli kuku, aku harus meneleponnya, mendaftar untuk membuat janji temu, lalu pergi ke salon untuk memperbaiki kuku yang patah, semua ini juga membuang-buang waktuku.
  • Anna: Terakhir kali ke salon, aku mendapatkan pedikur yang sangat buruk. Kuku jempol kakiku mulai tumbuh dengan tidak baik dan terasa sakit. Sekarang, aku tidak pergi ke salon lagi.
  • Catherine: Satu-satunya hal yang bisa menghentikanku mengunjungi salon kecantikan adalah tipisnya keuanganku saat ini. Aku belum pernah mencoba pedikur. Suatu hari, aku terinfeksi jamur di salon, tapi itu masih tak menghentikanku melakukan pedikur di salon itu lagi.

Prosedur perawatan wajah

  • Norah: Aku mengalami masalah kulit sejak berumur 18 tahun, tapi tetap jarang mengunjungi ahli kosmetik karena selalu kecewa pada hasilnya. Suatu hari, seorang ahli kecantikan baru menjelaskan segalanya tentang jenis kulitku, masalahnya, cara menyembuhkannya, dan menulis instruksi tentang cara merawat kulitku di rumah. Kini, aku bisa memilih produk kecantikan dengan melihat komposisinya dan membandingkannya dengan arahan yang kudapatkan. Aku melakukan segalanya di rumah sekarang dan masalah kulitku hilang.
  • Natalia: Suatu hari, aku mencoba suntikan asam hialuronat dan membayar Rp7.000.000 untuk itu. Aku tidak melihat pengaruh yang signifikan. Prosedur ini membutuhkan banyak uang. Tak ada gunanya melakukannya jika hanya sekali. Dan aku tidak ingin mengulanginya lagi.
  • Margo: Aku tak pernah mengunjungi ahli kosmetik sekali pun dalam hidup. Dan aku takkan pergi ke salon setelah mendengar apa yang terjadi pada temanku. Dia mencoba “suntik kecantikan” dan kini dia tampak seperti ada papan cuci di bawah matanya, semuanya tidak merata. Semua itu terjadi karena salon memberinya obat kecantikan baru yang murah dan temanku mengalami reaksi buruk.

Penghilangan rambut

  • Anna: Aku telah berpisah dengan penghilangan rambut menggunakan wax dan gula. Aku terus mengalami rambut tumbuh ke dalam atau ingrown hair. Proses pencabutan rambut ini sangat menyakitkan dan aku selalu mengalami iritasi kulit. Prosedur itu sendiri, seperti yang kita semua tahu, tidak menyenangkan. Aku memilih prosedur laser dan telah mencabut rambutku dengan metode ini selama 4 tahun dan sangat puas dengan hasilnya. Namun, bohong jika aku mengatakan prosedur ini dapat membantu menghilangkan rambut di badan sampai habis. Selalu ada beberapa rambut yang terus tumbuh lagi.
  • Tatiana: Kulitku sensitif, jadi, aku mencoba cara pencabutan yang paling lembut (menurutku), yaitu menggunakan waxing gula. Aku sudah menduga akan muncul iritasi dan kemerahan, tapi aku malah mendapatkan memar. Sang ahli wax meyakinkanku bahwa ini cuma reaksi normal. Aku mencoba menyembunyikan kakiku sampai memarnya menghilang. Saat hilang, rambutku tumbuh kembali dan aku harus mengulangi prosedurnya. Jadi, akhirnya, aku kembali ke metode mencukur.

Prosedur kecantikan untuk alis

  • Polina: Prosedur yang takkan kuulangi adalah tato alis. Dua tahun lalu, aku melakukannya dan cukup puas dengan hasilnya karena bentuknya sangat bagus dan ujung alisku begitu indah. Namun, setelah 1 tahun, warnanya memudar menjadi biru dan aku masih berusaha menghapusnya. Aku telah melakukan 4 prosedur penghapusan warna dengan perawatan laser, tapi warna birunya masih ada. Namun, aku masih senang dengan bentuk alisku saat ini. Kini, aku harus selalu menutupi warna birunya dengan pensil alis guna menyembunyikannya. Selain itu, prosedur ini memakan banyak waktu dan uang, masing-masing prosedur membutuhkan lebih dari satu jam dengan biaya Rp600.000.
  • Marina: Aku mulai merawat alis sendiri karena salon yang aku kunjungi tidak melakukannya dengan baik selama beberapa kali dalam setahun ini. Aku mewarnai alisku setiap ingin dan memperbaiki bentuknya sesuai yang aku mau. Meski pemilik salon yang biasa aku kunjungi sangat baik, dia terkadang melakukan kesalahan atau melakukan sesuatu di luar yang aku inginkan.
  • Norah: Aku menolak melakukan sulam alis untuk selamanya. Pigmen yang digunakan untuk prosedur ini berubah menjadi warna merah, jadi, aku harus menghilangkannya dengan perawatan laser. Kini, setelah 2 prosedur, bekasnya hampir tak terlihat. Mungkin aku perlu mencoba prosedur ketiga untuk hasil yang sempurna. Sekarang, aku hanya melakukan pencukuran laser dan memotong rambut di salon.

Bonus #1: “Ahli kukuku terus memintaku memercayainya.”

Baru-baru ini, aku pindah ke Eropa dan harus berpisah dengan teknologi kuku luar biasa di Kanada. Aku menemukan perempuan ini di internet dan berpikir, memangnya akan seburuk apa? Foto-fotonya tampak bisa dipercaya. Ini membuatku mengeluarkan biaya Rp700.000 dan Rp1.100.000 untuk memperbaikinya. Apa yang aku dapatkan dan inginkan ada di foto kiri vs apa yang aku terima di foto kanan. Awalnya sih, gel biasa. Bentuknya mengerikan, tapi masih bisa kuterima. Selanjutnya, dia menggunakan kuteks gel tebal dengan sikat kecil murahan, lalu mencelupkannya ke glitter murahan juga. Setelah itu, dia melakukan 3 coating. Bahkan setelah pemakaian sinar UV, hasilnya tetap lengket, kasar, dan sangat mengecewakan. © sarahtisme / Reddit

Bonus # 2: Alyona tak pernah mengunjungi salon kecantikan.

  • Umurku 26 tahun dan belum pernah mengunjungi salon kecantikan, aku juga tidak pernah merawat kuku, alis, atau bulu mataku. Aku bahkan belum pernah mengunjungi ahli kecantikan. Aku bukan menganggap semuanya sebagai kebiasaan yang salah atau buruk, melainkan hanya tak ingin menghabiskan waktu untuk hal tersebut. Bagaimanapun juga, yang utama adalah mencintai diri sendiri. Dan aku cukup puas dengan perawatan yang aku lakukan untuk penampilanku; Aku merasa tidak perlu mengunjungi salon kecantikan. Aku memang sesekali mencari bantuan dari para ahli kecantikan, tapi tidak selalu melakukannya. Untuk saat ini, aku merasa nyaman tanpanya.

Prosedur kecantikan apa yang rutin kamu dapatkan di salon?

Harap diingat: Artikel ini diupdate pada Agustus 2021 untuk memperbaiki materi sumber dan ketidakakuratan faktual.
Kredit foto pratinjau merionization / Reddit
Sisi Terang/Khusus cewek/20+ Perempuan Ini Membagikan Pengalaman yang Membuat Mereka Kapok dengan Salon Kecantikan
Bagikan Artikel Ini