Sisi Terang
Sisi Terang

12 Nasihat “Berharga” yang Sebaiknya Tidak Diberikan Kepada para Orang Tua

Setiap orang tua pasti pernah mendapat nasihat yang tak diminta tentang cara membesarkan anak-anak mereka, setidaknya sekali dalam hidup. Tetangga, saudara, dan teman-teman sangat ingin membagikan pengalaman dan pendapat “berharga” mereka mengenai cara merawat bayi dan semua yang harus dilakukan orang tua dalam membangun kehidupan mereka. Di saat yang sama, sebagian dari orang-orang ini sama sekali tidak mengindahkan fakta kalau satu metode yang berhasil pada satu anak belum tentu bisa diterapkan ke anak yang lain.

Kami di Sisi Terang mengingat 23 nasihat mengganggu yang sering kali didengar oleh para orang tua. Dan kami yakin kamu punya nasihat yang bisa ditambahkan ke dalam daftar ini.

“Tidurlah saat bayimu tidur.”

Ada anak-anak yang tetap tenang saat orang tuanya melakukan pekerjaan rumah. Mereka tetap diam di tempatnya setiap kali kamu meninggalkan mereka dengan mainan atau buku. Anak lain sama sekali tidak mau lepas dari pelukan orang tua dan siap berteriak lebih nyaring dari ambulans kalau perhatian ibu teralihkan barang sekejap. Sering kali lebih mudah bagi orang tua yang anaknya tak mau lepas ini mengorbankan waktu istirahat mereka daripada mengepel lantai sambil menggendong anak mereka. Tapi bukan berarti mereka tidak kelelahan atau tidak membutuhkan dukungan.

“Ibu harus makan banyak supaya ASI-nya juga banyak.”

Banyak saudara yang lebih tua memberi saran kepada ibu yang sedang menyusui agar banyak makan sehingga produksi ASI melimpah. Tapi di kemudian hari, mereka malah protes setelah berat badan si ibu bertambah. Harus ada keseimbangan dalam semua hal yang kita lakukan. Kamu tidak perlu makan untuk dua orang, kalau kamu tidak mau. Salah-salah kamu malah tak bisa mengenali dirimu setelah beberapa tahun.

“Ajari anakmu untuk saling berbagi atau mereka akan tumbuh menjadi orang yang kikir.”

Orang dewasa sering mengharuskan anak-anak untuk berbagi mainan dengan temannya tanpa berpikir kalau mereka sendiri telah melanggar batas. Sementara orang tua dan kakek-nenek tidak begitu saja saling berbagi dengan orang yang pertama mereka temui agar tidak dianggap orang yang kikir. Kalau benda itu milik seorang anak dan dia tidak ingin berbagi, itu hak si anak.

“Jangan sampai kemampuanmu menurun saat cuti melahirkan. Kamu punya banyak waktu, manfaatkan dengan mempelajari sesuatu!”

Banyak orang yang belum pernah menjalani cuti melahirkan berpikir kalau ibu muda itu punya banyak sekali waktu luang dan mereka tidak tahu cara memanfaatkan waktu ini untuk mendukung karier mereka. Padahal, bisa jadi ibu muda ini tidak selalu bisa menemukan waktu untuk menikmati teh di antara hari-hari yang selalu dipenuhi dengan begadang, sakit perut, dan sakit gigi. Sayangnya orang yang berniat baik dan memberi nasihat mengenai cara mengembangkan diri selama cuti melahirkan cuma ingin menolong dengan kata-kata, membantu ibu muda itu bukan lagi tanggung jawab mereka.

“Anak laki-laki harus belajar menjadi pria sejati. Dia harus mengalah kepada anak perempuan.”

Sejak dilahirkan ke dunia, masyarakat mendikte orang tua untuk membesarkan putra mereka agar menjadi pria sejati: anak lelaki tidak boleh menangis dan harus selalu memberikan kursi (atau hal lain) untuk perempuan. Mungkin aturan ini tidak akan berguna, kecuali pria dewasa tetap berperilaku seperti ini. Sayangnya tidak—anak-anak diberi tahu satu hal, sementara pria dewasa berperilaku sangat berbeda, termasuk mereka yang mengelu-elukan “dibesarkan layaknya pria sejati”.

“Kamu harus memberi adik untuk anak pertamamu supaya dia punya teman bermain.”

Sering kali, orang yang bukan keluarga inti kita merasa lebih tahu apa yang seharusnya dilakukan orang tua muda. Mudah sekali bagi teman dan tetangga untuk berkata, “Saatnya kamu punya anak kedua,” atau berasumsi kalau ibu dan ayah harus melahirkan putra atau putri, atau berpikir kalau bayi yang kekurangan perhatian akan mendapatkan perhatian lebih setelah adiknya dilahirkan. Memang selalu saja ada orang yang segera mengikuti saran tersebut, tapi mereka malah kesal karenanya.

“Jangan terus-terusan menggendong bayimu.”

Bayi yang menangis di dalam ranjangnya dan meminta supaya digendong oleh ibunya itu bukan karena si bayi mencoba memanipulasi orang dewasa. Perilaku itu merupakan cara bayi memberi tahu kepada seisi dunia mengenai kebutuhannya dan si bayi sendiri sedang meminta bantuan. Tidak mengindahkan bayi pada saat bayi menangis supaya “tidak terbiasa digendong ibu mereka” adalah strategi aneh, tapi banyak orang yang terus berpegang pada prinsip ini.

“Anak harus memakan semua yang diberikan kepadanya.”

Kalau kamu pernah mencoba bubur brokoli, kamu pasti akan memahami tidak semua orang dewasa sanggup memakannya, sementara bayi bisa makan dengan lahap. Rasa makanan bagi bayi dan orang dewasa itu bisa berbeda-beda, dan ini bukanlah hal yang aneh. Karena itu, tidak ada salahnya anak menolak bubur yang tidak mereka suka. Lagi pula, ada masakan yang tidak mau dimakan orang dewasa, ’kan.

“Pakai baju hangat, dan lepaskan topinya.”

Setiap orang punya persepsi sendiri terhadap “hangat” dan “dingin”. Sebagian orang memakai mantel saat suhu di luar 15 °C, yang lain memakai hoodie, dan ada juga yang memakai kaus agar merasa nyaman. Tak seorang pun berkomentar kalau pakaian yang mereka kenakan itu tidak cocok dengan cuacanya. Tapi di saat yang sama, banyak orang dewasa yang dengan senang hati memberi tahu orang tua kalau mereka sangat tahu kebutuhan pakaian si anak dan orang tuanya telah memakaikan pakaian yang salah kepada si anak.

“Bayi harus tidur di tempat tidurnya sendiri.”

Banyak orang yang berniat baik dengan memberi saran kepada orang tua muda agar tidak membiarkan bayi mereka tidur di kasur yang sama, dan menaruh si bayi di ranjang bayi sejak lahir. Sebagian orang memang lebih nyaman dengan pengaturan ini, dan itu memang bagus. Sementara bagi ibu lain, lebih mudah untuk tidak bangun 5-7 kali dalam semalam untuk menenangkan dan menyusui si bayi. Jadi meletakkan si bayi tepat di sebelah orang tua bisa jauh lebih mudah. Dan tidak ada yang salah dengan hal ini. Kenyamanan orang tua dan mendapatkan tidur yang tenang adalah yang terpenting.

“Lebih baik membeli pakaian dan sepatu berukuran lebih besar supaya bisa dipakai lebih lama.”

Membeli baju lebih besar bukan strategi yang buruk kalau kamu memperkirakan seberapa cepat anak-anak tumbuh. Tapi pemikiran ini tidak cocok jika terkait baju musiman yang bisa jadi terlalu besar untuk di musim ini dan terlalu kecil di musim berikutnya. Semua orang tua ingin anak mereka merasa nyaman saat mengenakan pakaiannya. Itulah sebabnya kamu tidak perlu memberikan filosofimu kepada orang tua muda terkait pakaian yang harus digunakan, meskipun niatmu baik.

“Kamu harus mengajari anakmu dengan benar—pada usia ini, mereka harus diajari memakai toilet dengan benar (atau membaca puisi, dan lain-lain).”

Membandingkan anak dengan orang lain bukanlah ide yang bagus, sekalipun yang dibandingkan adalah orang tua si anak, saat mereka masih kecil. Setiap anak berkembang sesuai kecepatannya masing-masing, dan mereka tidak harus mengembangkan keahlian khusus pada usia tertentu. Berlatih menggunakan toilet tidak pernah membantu orang menjadi genius, itulah sebabnya tak perlu memaksa anak-anak untuk mencapai prestasi tertentu dan membuat ayah dan ibu sedih dengan berkata seperti itu.

Apa nasihat “berharga” tentang membesarkan anak yang kamu dapatkan tapi tak pernah kamu terapkan dalam kehidupan nyata?

Sisi Terang/Psikologi/12 Nasihat “Berharga” yang Sebaiknya Tidak Diberikan Kepada para Orang Tua
Bagikan Artikel Ini