Sisi Terang
Sisi Terang

19 Orang yang Tumbuh dalam Kemiskinan Mengungkap Hal-Hal yang Mereka Kaitkan dengan Kekayaan

Selama hidup, terutama di masa kecil, banyak dari kita memimpikan hal-hal yang tidak bisa kita beli karena alasan ekonomi dan kita menganggapnya sebagai kemewahan tak terjangkau. Tapi ketika dewasa, kita tahu situasi tiap orang berubah dan mungkin bagi sebagian orang, barang-barang itu sudah tidak semahal dulu lagi, tapi bagi orang tua kita saat itu, benda-benda tersebut terasa cukup mahal. Jangan lupa juga, sebagaimana terkadang kita menginginkan barang-barang orang lain, ternyata ada orang yang melihat barang yang kita punya sebagai barang mewah. Jadi kita harus belajar menghargai apa yang kita punya.

Di Sisi Terang, kami menghimpun kesaksian dari orang-orang yang bagi mereka hal-hal sederhana seperti membeli es krim saja sepertinya tidak terjangkau ketika masih anak-anak.

  • JugaOrang tuaku membeli beberapa perabot baru untuk pertama kalinya saat aku berumur sekitar 17 tahun, dan itu pun masih dengan harga yang amat sangat murah. Sekarang aku berumur 36 tahun dan telah sangat sukses dalam hidup bersama istriku, dan dengan mudah bisa mengumpulkan sejumlah uang yang mustahil guna mengisi rumah baru kami... sejujurnya, melakukan hal ini cukup aneh. Aku tidak perlu diyakinkan, tapi rasanya sangat “aneh” membeli perabot seperti itu... Bisa dibilang hal ini sangat teramat mewah bagiku. © SMORKIN_LABBIT / Reddit
  • Makan piza karena kamu ingin, bukan karena harganya $2 (sekitar Rp28 ribu). Juga Ibu yang makan bersama kami dengan wajar, bukan berpura-pura bahwa pinggiran piza adalah bagian kesukaannya sehingga dia makan pinggiran piza yang tidak kami makan. © DirtySingh / Reddit
  • Aku ingat umurku sekitar 12 tahunan dan Ayah membawa aku dan adik lelakiku ke restoran piza Cici’s untuk makan prasmanan. Tapi dia tidak memesan piza untuk dirinya sendiri karena katanya dia tidak suka piza dan tidak lapar. Aku tahu, dia suka salad prasmanan, tapi aku percaya kepadanya. Bagaimanapun, saat mengambil makananku, aku tawarkan sepotong kepada ayahku dan dia memakannya. Salah seorang pekerja restoran menghampiri kami dan bilang kepadanya bahwa dia harus membeli sendiri kalau ingin makan. Kurasa, orang-orang yang duduk di sebelah meja kami mendengar, dan beberapa menit kemudian pekerja restoran datang kepada kami dan memberi tahu ayahku bahwa mereka telah membayar makanan Ayah. Ayah pun menikmati salad yang dia suka. Saat itulah kami sadar bahwa kami tidak memiliki banyak uang dan bukan karena dia tidak lapar, dia cuma tidak ingin “menghamburkan uang” untuk dirinya sendiri.
    © acidthoughtloop / Reddit
  • Untuk sementara waktu, aku pernah hidup miskin. Kala itu aku serta istriku hanya punya $100 (~Rp1,4 juta) untuk makan dan bensin selama sebulan. Kami harus menyeimbangkan antara sering berkendara atau makanan yang lebih baik. Dan perasaan terbaik adalah ketika untuk pertama kalinya aku mampu mengisi tangki bensin serta membeli apa saja yang ingin kumakan. © allf8ed / Reddit
  • Aku dulu tumbuh dalam keadaan miskin dan merasa tidak aman secara finansial, sampai memasuki umur 20-an. Aku tahu persis berapa uang yang kupunya dan bagaimana mengaturnya untuk memastikan aku bisa makan sampai gaji berikutnya turun. Aku berhasil dalam karierku sampai ke level senior yang cukup tinggi dan hari ini aku bahkan tidak tahu berapa penghasilanku. Aku punya gambaran kasar, tapi karena semua tunjangan dan cara penghitungan bonus, aku enggak bisa benar-benar memberikan angkanya. Akan tetapi aku masih membeli barang diskon yang akan kedaluwarsa di swalayan. © fadevelocity / Reddit
  • Dulu ibuku menyuruh menyalakan pemanas, tapi sebelum menyalakannya tiap musim dingin, kami harus pergi dari satu kamar ke kamar lain dan melakban saluran yang menuju ruang yang “kurang penting”. Yang artinya, semua kamar kecuali ruang duduk dan kamar tidurnya.
    © GavinBelsonsAlexa / Reddit
  • Menyewa jasa pindahan. Terutama jika termasuk mengemas semua barangmu. Jadi sering kali, aku akan meminjam pikap temanku (dan membayar bantuan teman dengan tawaran piza dan minuman) untuk pindahan. Tapi sekarang, seringnya aku dan istriku mengepak semuanya, tapi kami menyewa tenaga profesional untuk memuat dan membongkarnya. Aku merasa kayak raja. © KhaoticMess / Reddit
  • Sebagai anak-anak, aku selalu mengira dengan adanya dek di belakang rumah berarti keluarga itu kaya. Salah satu teman satu tim bola basketku tinggal di sebuah rumah dan semua orang memiliki kamar sendiri, ada dek, dan lorongnya. Kupikir mereka begitu kaya. Hari ini, aku punya semua itu dan sebuah kolam karena anak-anak menginginkannya dan aku sanggup membelinya. Aku belajar bahwa ini tidak berarti kami kaya, cuma merasa nyaman. Senang sekali anak-anakku memiliki masa kecil yang lebih baik daripada aku. © TallBobcat / Reddit
  • Aku belajar menyukai sandwich dengan acar, sebab kami bisa memperoleh satu pak besar keju potong dan satu stoples besar potongan acar. Kantorku sekarang membuka toko sandwich di lantai satu tempat kami bisa memesan sandwich jenis apa pun dan aku minta sandwich dengan keju bakar dan acar, serta mentega rendah lemak. Orang-orang bagian teknik lainnya berpikir aku aneh, tapi koki yang membuatnya paham. “Mereka enggak pernah terpaksa makan sandwich tanpa daging... mereka ’kan orang kaya!” © Annoying_Details / Reddit
  • Mempekerjakan orang untuk memasak, bersih-bersih, memotong rumput atau menyingkirkan salju di musim dingin. Zaman dulu, orang kaya tidak perlu mengangsur untuk berbelanja kebutuhan sekolah atau Natal. Aku enggak ingat pernah memiliki barang-barang, makanan, atau pakaian bermerek. Semuanya barang generik Kmart. Aku membelikan anak lelakiku sepatu Nike dan aku merasa kaya dengan melakukan itu. © thatstaceygirl / Reddit
  • Memiliki mobil. Ayahku sampai hafal jadwal bus kota. Akhirnya kami mengenal sopir-sopir bus itu. Ketika aku bekerja di toko swalayan, sopirnya akan menungguku di halte jika aku terlambat beberapa menit. © Ron0hh / Reddit
  • Kota asalku punya kios es krim yang sangat populer dan terkenal. Ketika anak-anak, kami ENGGAK PERNAH ke sana sebab kata ayahku terlalu mahal. Di SMA, pelatih lintas alamku akan membawa seluruh tim di hari penutupan kegiatan (lintas alam dibuka musiman), dan membelikan semua anak es krim. Kurasa tagihannya mencapai ratusan dolar (jutaan rupiah)... Sebagai orang dewasa, aku mulai pergi ke sana dan jadi tahu harga es krim cone sekitar $1 (Rp14 ribu) sampai $2 (Rp28 ribu). Dan dalam keluarga kami cuma ada 4 orang. © IndecisiveFireball / Reddit
  • Mengetahui apa itu duvet cover dan memilikinya. Aku ingat saat baru menikah, istriku bilang kami butuh duvet cover untuk ranjang kami. Aku enggak tahu apa itu duvet cover sebelumnya, karena selalu mengira orang cuma membeli seprai dan/atau selimut besar bermotif singa atau macan. Bisa dibilang, aku sangat terheran-heran kala itu. © hominian / Reddit
  • Orang tuaku dulu bilang kami sedang menabung untuk pergi ke Disney “tahun depan.” Tahun demi tahun datang dan pergi, dan mereka berhenti menyebut-nyebut hal itu. Tapi semua teman dan teman sekolahku sudah pergi ke sana. Akhirnya, beberapa tahun lalu, setelah dewasa, aku juga bisa pergi ke Disneyland, sebagai penduduk lokal LA, untuk ulang tahun kawan terbaikku. Rekening bank milikku sampai kosong karenanya, dan harus mencari bantuan untuk membayar tagihan bulan berikutnya. Tapi kesempatan ini seru sekali dan tak terlupakan. Temanku tidak berpikir bahwa tidak semua dari kami mampu pergi ke sana. Tapi aku juga enggak mau melewatkan acara ini, karena aku tidak pernah berhasil pergi ke sana ketika anak-anak.
    © bee3056 / Reddit

Apa yang dengan mudah bisa kamu beli sekarang, tapi di masa kecil sepertinya merupakan kemewahan besar? Barang-barang apa yang sekarang sepertinya masih cuma untuk orang “kaya”?

Kredit foto pratinjau acidthoughtloop / Reddit
Sisi Terang/Aku & Kamu/19 Orang yang Tumbuh dalam Kemiskinan Mengungkap Hal-Hal yang Mereka Kaitkan dengan Kekayaan
Bagikan Artikel Ini