Pemuda Ini Membuktikan Narkolepsi Sekali pun Takkan Bisa Menghentikanmu Mengejar Impian
Banyak orang punya hobi tidur dan rebahan, tapi apa kamu bisa membayangkan bagaimana rasanya jika kamu tak bisa mengontrol kapan kamu terlelap? Sebagai contoh, apa yang akan terjadi jika kamu tertidur saat kelas berlangsung, di pesta makan malam penting, atau bahkan di tengah-tengah percakapan? Kamu jelas tidak bisa disalahkan, meski orang lain mengira sebaliknya, tapi matamu tiba-tiba menutup dan tubuhmu seketika beristirahat. Adrian adalah seorang anak berusia 19 tahun yang mengidap narkolepsi, penyakit yang mencegahnya punya rutinitas rutin seperti orang pada umumnya. Meski begitu, penyakit ini tak menghentikannya memperjuangkan mimpi.
Adrian dan ibunya, Tessy Morote, membagikan kisah mereka kepada Sisi Terang, mulai dari cara mereka mengatasi situasi ini sampai berhasil mengatasi banyak hambatan kehidupan yang selama ini menghalangi mereka tanpa kenal menyerah.
Awal perjuangan dalam menghadapi diagnosis tidak terduga.
Semuanya dimulai saat Adrian berusia 12 tahun. Dia mulai mengalami masalah kecil, tapi konstan dalam kehidupan sehari-harinya. Dia juga mulai sering tertidur di tempat-tempat aneh, seperti di tengah ruang kelas, sehingga gurunya mengira dia sebagai anak berperilaku buruk atau tidak tertarik belajar. Setelah itu, orang tuanya memutuskan untuk menjalankan sejumlah tes, dan ternyata putra mereka mengidap tumor hipofisis (yang pada dasarnya adalah pertumbuhan abnormal pada jaringan kelenjar yang terletak di otak). Awalnya, mereka berpikir itu bisa menjadi penyebab kebiasaan tidurnya yang berlebihan, tapi seorang ahli saraf menjelaskan tumor itu tidak memengaruhi kebiasaan tidurnya. Setelah pemeriksaan lebih lanjut, mereka akhirnya menemukan bahwa Adrian mengidap narkolepsi.
Berita besar ini sulit dicerna dengan baik oleh orang tua Adrian. Mereka tidak tahu apa-apa tentang penyakit ini dan tak punya kenalan yang mengidap kondisi serupa yang mampu membimbing mereka menggunakan cara apa pun. Dan di sanalah perjuangan mereka dimulai. Mereka harus menyelidiki kondisi putra mereka secara menyeluruh, mencari tahu apa arti gangguan ini sebenarnya dan apa dampaknya demi menemukan solusi bersama sebagai satu keluarga utuh. “Meski tidak mudah, aku yakin cinta bisa melakukan segalanya. Dia adalah putra sulungku yang datang ke dunia ini untuk mengubah hidupku. Dia adalah salah satu dari 3 alasanku bangun setiap hari dan terus berjalan. Anak-anakku adalah duniaku dan semua ini membantu kami untuk tetap bersatu sebagai keluarga. Bahkan anak kami yang paling kecil membantuku dan Adrian saat kami harus membangunkannya. Kami mencoba melihat sisi positif dari segalanya. Kami yakin semuanya terjadi karena suatu alasan,” ucap Tessy kepada Sisi Terang.
Pemuda yang tidak pernah berhenti bermimpi, apa pun kondisinya.
Terlepas dari penyakit yang diidapnya, Adrian tak serta-merta melepas mimpinya. Kini, dia sedang mempelajari pemasaran, dia suka menonton serial TV, menulis cerita, dan membaca cerita orang lain untuk menemukan dunia yang memungkinkannya mengembangkan imajinasinya sendiri. Salah satu mimpinya adalah membuat namanya dikenang dunia lewat cerita-ceritanya. “Aku berpikir: Yap, aku tertidur. Lantas, apa? Aku berjalan, bernapas, tahu cara membaca, bisa menulis, berpendidikan, dan punya teman. Aku sama seperti orang lain, hanya saja, aku memiliki kehidupan yang berbeda, jadi, aku harus bangkit kembali saat terjatuh,” ucapnya.
Kehidupan sehari-hari Adrian, yang berusaha terus terjaga sepanjang waktu.
Adrian mencoba melakukan rutinitas sehari-hari, layaknya orang pada umumnya. Dia masih mengakui, rutinitas adalah hal yang lumayan rumit baginya. Untuk tetap terjaga di kelas, dia harus minum obat, sementara di luar kelas, dia mengandalkan aplikasi ponsel yang membantu mencegahnya mengalami kecelakaan atau yang membantunya berjalan sampai tempat tujuan. Hal lain yang membantunya tetap terjaga adalah musik. Adrian harus beradaptasi dan mencari cara terbaik untuk terus menjalani hidupnya.
Meski penyakitnya tidak begitu umum dan banyak orang belum memahaminya, Adrian selalu mendapat dukungan dari keluarganya, dan untungnya, di sepanjang perjalanan, dia telah menemukan teman dan orang lain yang bisa memahami dan mendukungnya ketika dia butuh. “Dari hari pertama kami mendengar tentang penyakit ini, aku memutuskan untuk takkan lelah. Aku mencoba meningkatkan kesadaran tentang penyakit ini, terutama di Peru, tempat yang sama sekali belum mengenal penyakit ini, dan meski sulit, aku memberi anakku suntikkan kepercayaan diri dan. keyakinan yang dia butuhkan. Aku takut membiarkannya keluar karena dia bisa tiba-tiba tertidur, tapi kini dia sudah dewasa dan aku telah belajar untuk yakin semuanya akan baik-baik saja,” kata ibunya.
Terlepas dari semua yang terjadi, momen-momen indah akan terus ada.
Banyak orang mungkin kesulitan memahami kompleksnya masalah tertidur tiba-tiba di mana saja. Tapi Adrian juga melihat sisi baiknya dan menemukan kesempatan untuk bersenang-senang. “Saat di sekolah, kepala sekolah membutuhkan banyak waktu untuk mengatur pelatihan atletik, jadi, aku pernah mencoba tidur sambil berdiri. Aku meminta teman-temanku membangunkan ketika persiapannya berakhir. Awalnya, mereka tidak percaya bahwa aku benar-benar tertidur, tapi aku pun tertidur, di tengah-tengah pelatihan,” ucap Adrian. Dia mengklaim, tidak ada momen mengerikan yang pernah terjadi kepadanya dan penyakitnya telah mengajarinya tentang kesabaran dan ketekunan, bahkan lebih dari yang diajarkan sekolah.
“Aku harus mengulang satu tahun ajaran sekolah karena tertidur saat ujian dan harus menyelesaikan semuanya lebih cepat. Ketika murid lain sudah selesai mengerjakan, aku masih terburu-buru mengerjakan setengah soal. Yang aku tahu, hidup takkan berakhir saat kamu melakukan kesalahan. Seperti ucapan Rocky Balboa: ’Hidup itu memang keras, tapi tak peduli seberapa keras hidupmu, ketika kita harus bertahan, bangunlah, jadilah lebih baik, dan terus berjalan,’” ucapnya.
Tessy pun bercerita bahwa putranya telah mengajarinya cara untuk tidak menyerah dan terus maju, tak peduli seberapa sulit perjalanan yang harus ditempuh. “Teruslah yakin. Terkadang, sebagai seorang ibu, kita merasa tak punya harapan lagi, tapi kepuasan yang kita dapatkan saat melihat anak kita meraih sesuatu, apa pun kondisinya, pasti membuat kita merasa senang dan bangga. Saat Adrian tamat sekolah menengah atas, mereka memberinya sedikit waktu untuk berbicara dalam upacara penutupan dan saya bangga sekali melihatnya. Dia berhasil, dan batu loncatan di depan yang indah masih harus terus dikejar. Semua ini membuat hati dan hidupmu terasa luar biasa,” ucap Tessy.
Masa depan yang menjanjikan untuk pejuang tak terhentikan.
Seperti biasa, mengejek atau menghakimi seseorang tanpa mengetahui kisah mereka sepertinya adalah hal paling mudah. Tapi Adrian tak dibuat pusing olehnya, dia tidak pernah berhenti mencari cara untuk dapat terus tumbuh dan berkembang, meski peluangnya begitu kecil. Dia punya keluarga yang berdiri di sampingnya dan mendukungnya dalam menjalani hidup. Hal terpenting bagi pemuda ini adalah menyelesaikan kariernya, mencari pekerjaan, dan tidak membiarkan apa pun menghentikannya meraih tujuannya. Kami yakin dia akan terus menemukan cara untuk tetap berjuang dan berhasil meraih apa pun yang dia impikan.
Jika berada di posisi Adrian, apa yang akan kamu lakukan? Seperti apa tindakanmu jika memiliki anak yang mengidap narkolepsi? Pesan penyemangat apa yang bisa kamu berikan kepada para pejuang hebat ini? Tulis di kolom komentar, ya.