Ini Alasan Kenapa Orang-orang yang Suka Menumpuk Batu Perlu Menghentikan Kebiasaannya
Menumpuk batu sudah menjadi kebiasaan yang mendunia sejak zaman kuno—orang-orang menggunakannya di masa lampau sebagai monumen pemakaman dan menandai lingkungan tempat tinggal agar tidak tersesat. Tapi kini, kegiatan tersebut telah berubah menjadi hobi, cara mengekspresikan diri, dan latihan meditasi. Meski menumpuk batu adalah cara relaksasi yang ampuh, dan beberapa di antaranya bahkan terlihat layaknya mahakarya, spesialis satwa liar makin mengkhawatirkan tren ini. Mereka mengatakan. perbuatan yang tampaknya tidak berbahaya ini dapat merusak alam tanpa kita sadari.
Sisi Terang terkejut saat tahu kalau salah satu aktivitas favorit wisatawan ini mungkin benar-benar bisa merusak lingkungan, dan kami pun ingin segera membagikan temuan kami kepadamu.
Membahayakan hewan dan tumbuhan.
Batu adalah bagian dari habitat banyak hewan kecil, mulai dari tokek dan kepiting, sampai serangga. Tapi saat orang-orang memindahkan batu, perubahan ini mungkin sama seperti mencabut atap rumah hewan-hewan tadi dan menyebabkan hidup mereka menjadi sangat rentan. Beberapa hewan membutuhkan batu untuk menyimpan air, melindungi diri dari predator serta cuaca buruk, dan bahkan membantu dalam reproduksi.
Mengganggu proses alami di alam liar.
Tumpukkan batu bisa menjadi kebiasaan yang sangat mengancam ekosistem. Misalnya, di sungai air tawar, setiap batuan dipenuhi tumbuhan dan mikroorganisme yang hidup di atasnya, dan jika diganggu, keseimbangan ekosistem habitat alami dan rapuh ini bisa terancam. Jika jumlah batu yang dipindahkan cukup banyak, mungkin itu akan mempercepat erosi dan bahkan mengganggu aliran sungai dan anak sungai.
Membingungkan pemanjat tebing.
Banyak taman nasional menggunakan tumpukan batu untuk memandu pejalan kaki di jalur yang berpeluang menimbulkan kebingungan. Tapi kini, potensi kebingungan itu justru muncul akibat bebatuan yang menjadi sistem pengarah navigasi resmi tumpang-tindih dengan kreasi para wisatawan. Jadi, para pendaki mungkin kesulitan mencari tahu jalan mana yang harus mereka tempuh, terutama jika lupa memeriksa peraturan taman nasional sebelum memulai perjalanan.
Melanggar peraturan utama etika di luar ruangan, “Jangan tinggalkan jejak.”
Saat bepergian outdoor, kita cenderung ingin menikmati keindahan alam tanpa gangguan. Tapi tumpukan bebatuan tinggi sangat berbeda dari alam yang sesungguhnya. Ketika para pendaki mungkin ingin beristirahat dari dunia buatan manusia, piramida batu ini terlihat seperti grafiti yang ditaruh di sana hanya untuk menandai kehadiran orang lain. Jika ingin melestarikan alam, kita mungkin tidak perlu menyombongkan pencapaian pribadi menggunakan batu seperti ini.
Apa kamu tahu aktivitas manusia lain yang bisa membahayakan Bumi tanpa kita sadari?