Inilah Alasan para Ahli Menganjurkan untuk Berhenti Memperlakukan Hewan Peliharaan seperti Anak-Anak
Istilah “fur baby” muncul belum lama ini, dan sejak saat itu, istilah ini makin menarik banyak perhatian. Keluarga tradisional pun mulai berubah. Pada tahun 2012, 40% wanita tidak memiliki anak. Tapi kita masih butuh seseorang untuk dicintai, maka orang memilih hewan peliharaan mereka sebagai anggota keluarga dan mulai memperlakukan mereka seperti bayi sendiri. Penelitian menunjukkan bahkan pola aktivitas otak mereka pun serupa dengan pengasuhan tradisional.
Kami di Sisi Terang mencoba memahami kenapa para ahli tidak senang dengan tren ini dan bagaimana cara mengubahnya.
Apa artinya memperlakukan hewan peliharaan seperti anak?
Meskipun bagi kebanyakan orang parenting adalah interaksi antara manusia, jumlah “orang tua” hewan peliharaan meningkat. Sebagian orang mulai menerapkan praktik parenting terhadap hewan peliharaan mereka. Meskipun sebagian dari mereka sadar bahwa kebutuhan ’hewan’ dan ’anak-anak’ memang berbeda, sebagian yang lain memelihara hewan peliharaannya seolah-olah membesarkan anak-anak mereka. Inilah beberapa cerita untuk menggambarkan hal ini dengan jelas:
- Setahun lalu, aku mengadopsi putraku, Odin. Ia adalah anjing mountain feist terrier berumur 2 tahun. Anjing ini, anak lelakiku ini, telah menjalani banyak hal bersama kami. Ia tak pernah tampak tidak senang. Ia hidup bahagia bersama keluarganya. Ketika pernikahanku berakhir dan aku mengirim suamiku kembali ke Tennessee, Odin tetap tinggal. Aku tahu, ia kangen ayahnya, tapi sekarang tinggal kami berdua... Karrmah / reddit
- Aku punya seekor kucing, sehingga ada beberapa orang mengucapkan selamat Hari Ibu kepadaku. Aku tahu, mereka cuma berusaha bersikap baik kepadaku, tapi aku enggak ingin termasuk dalam urusan Hari Ibu ini. Aku bukan seorang ibu, dan itu bukan masalah! LiveYourDaydreams / reddit
Kenapa hal ini bisa terjadi?
Orang khawatir tidak punya cukup waktu atau uang untuk anak-anak. Karena biaya membesarkan anak makin tinggi, banyak pasangan memilih meningkatkan kemesraan mereka dengan memelihara hewan kesayangan yang bisa mereka rawat bersama. Sebagian orang bahkan menganggap hewan peliharaan mereka lebih berharga daripada hubungan romantis itu sendiri. Di samping itu, parenting hewan peliharaan menawarkan lebih banyak kebebasan serta lebih sedikit pengorbanan dan pengeluaran. Hewan peliharaan tentu masih butuh penanganan dan perhatian, tapi kamu bisa meninggalkannya ketika bekerja, dan hal yang sama tidak berlaku pada anak-anak.
Kebutuhan dasar kucing berbeda dari kebutuhan seorang anak.
Ketika kita berusaha membuat anak-anak berkaki empat itu lebih bahagia dengan membelikan makanan kecil yang umumnya mengandung banyak lemak dan gula, ternyata kita bisa membahayakan nyawa mereka. Ambil contoh jajanan umum seperti es krim, yang disukai baik oleh manusia maupun hewan peliharaan berkaki empat. Di samping efek negatif gula, pemilik hewan mungkin tidak tahu bahwa anjing tidak tahan terhadap laktosa atau bahwa mungkin hewan itu memiliki alergi terhadap produk-produk susu, yang bisa menyebabkan masalah pencernaan.
Memperlakukan mereka seperti anak-anak bisa mengancam nyawa.
Perilaku penuh kasih sayang, seperti mencium hewan peliharaan, kemungkinan juga lebih banyak bahayanya daripada manfaatnya. Ketika menciumnya, hewan akan terinfeksi bakteri manusia dan kita terinfeksi bakteri dari hewan. Penelitian telah menunjukkan bahwa hal ini meningkatkan risiko obat menjadi tidak efektif baik bagi hewan maupun manusia, sehingga kita semua terancam bahaya. Meskipun ikatan manusia-hewan memang penting, ciuman jelas bukan opsi terbaik untuk memperkuat ikatan itu.
Memandang perilaku bermasalah hewan seolah-olah ia adalah manusia bisa mengundang lebih banyak masalah.
Seorang ahli perilaku hewan berkata bahwa memperlakukan hewan peliharaanmu seperti manusia adalah hal terburuk yang bisa kamu lakukan terhadap mereka. Mereka tidak butuh “papa dan mama”, tapi butuh pemimpin. Dan perilaku bermasalah tidak boleh dianggap lucu. Misalnya ketika hewan peliharaan bersikap agresif terhadap orang asing, hal itu tidak lucu. Hewan itu bukan cuma bersikap lucu dan protektif, ini adalah potensi masalah yang harus dicari solusinya.
Pemilik hewan juga harus berhati-hati untuk tidak memproyeksikan perilaku manusia kepada binatang. Misalnya, peneliti telah menemukan bahwa masalah perilaku yang biasa ditemukan pada kucing bukan hanya berarti kucing itu nakal, sering kali ini adalah pertanda gangguan kecemasan akan perpisahan.
Orang tua hewan peliharaan mungkin memaksa hewan itu untuk melakukan hal-hal yang tidak mereka inginkan.
Jika kita berbicara tentang bahasa tubuh hewan, ketika tubuh hewan diangkat biasanya mereka mengira mereka sedang diserang. Jadi sesuatu yang sesimpel pelukan biasanya tidak disukai oleh hewan (tapi, tentu saja ada pengecualian). Dan meskipun memotong kuku hewan dan memakaikan baju saat cuaca dingin terkadang diperlukan, hal-hal seperti mengecat kukunya atau mendandaninya dengan pakaian serta aksesoris yang “wah” tidak akan meningkatkan kualitas hidup hewan peliharaan, dan hal itu tidak berpengaruh apa pun selain hanya menyenangkan hati orang tua hewan peliharaan tersebut.
Bonus: Kami mencari netizen untuk membagikan pendapat mereka.
Anastasia: Kurasa hubungan manusia-anjing sebagaimana hubungan orang tua-anak adalah sangat wajar. Teman-teman berkaki empat kita adalah anggota keluarga, dan pemiliknya menyayanginya seperti mereka menyayangi anak-anak mereka. Mereka itu seperti bayi yang menuntut kasih sayang, pengasuhan, dan bantuan. Ketika anak-anak tumbuh dan meninggalkan rumah, hewan peliharaanmu akan tetap menjadi hewan kesayanganmu.
Janan: Secara pribadi, aku sangat memahami ini. Kami punya kucing Turkish Van bernama Falek, dan aku dengan suami punya acara “kencan” mingguan yang merupakan saat-saat kami membuat “burger kucing” untuknya. Dia cuma makan daging mentah, yang pada dasarnya cuma daging unggas yang kami masukkan penggiling daging, dan kami tambahkan vitamin bubuk, dan sedikit air. Aku bahkan tidak pernah serepot ini untuk diriku sendiri ketika menyiapkan makanan. Tapi Falek menyukai burger kucingnya, jadi... kami menjadi koki bagi kucing kami.
John: Anjingku jelas anggota keluarga kami, tapi aku tak akan pernah memanggilnya bayiku, atau memperlakukannya seperti bayiku. Aku menyayanginya sepenuh hatiku, tapi aku ini pemiliknya, bukan ayahnya.
Apa kamu kenal seseorang yang “bayi”-nya berkumis? Apa kamu percaya bahwa kita bisa menunjukkan kasih sayang kepada hewan tanpa memperlakukannya seperti anak-anak?