Sisi Terang
Sisi Terang

16 Detail dari Kehidupan Orang Belanda Ini Membuktikan Belanda adalah Dunia yang Berbeda

Orang asing sering mengaitkan Belanda dengan tulip, kincir angin, kanal panjang, serta cuaca yang tidak bersahabat dan penuh hujan. Dalam bahasa Inggris, Netherlands punya arti “tanah rendah” karena seperempat wilayah negara itu terletak di bawah permukaan laut. Dan siapa sangka, mungkin masalah berabad-abad mereka dengan alam membuat orang-orang di sana begitu praktis, gigih, dan tenang.

Sisi Terang memutuskan untuk mendalami sejumlah fakta tentang negara ini dan belajar lebih banyak tentang kebiasaan dan gaya hidup orang Belanda.

1. Berhemat adalah tanda perilaku yang baik bagi penduduk setempat.

Negara ini dipenuhi dengan berbagai diskon, promo, harga murah, dan kiat berhemat dalam segala aspek kehidupan. Pengeluaran masing-masing keluarga dikontrol dengan ketat. Tentu saja, saling tukar kado saat kencan di antara pasangan tetap ada, tapi biasanya hadiah yang diberikan cukup sederhana: seperti kartu, mainan, dan gantungan kunci. Seiring berkembangnya hubungan, sifat hemat orang Eropa yang terkenal menjadi hal utama.

Seorang perempuan yang sudah tinggal di Belanda selama 3,5 tahun membagikan pengalamannya, “Aku belajar untuk mandi selama kurang dari 10 menit. Aku juga belajar mencuci piring di dalam panci atau wastafel dan tidak membilas busanya, justru sebaliknya, mengeringkan piring menggunakan handuk agar tidak membuang air. Aku belajar mencuci baju pada malam hari karena lebih murah dan membeli barang diskon di pasar. Aku mulai terbiasa punya kartu diskon untuk alat transportasi, museum, dan bioskop. Intinya, segala hal tadi bisa dianggap menguntungkan, tapi... kamu mungkin tidak percaya jika kubilang aku pernah mengunjungi rumah orang lain, dan aku melihat mereka tidak menyiram toilet setelah menggunakannya karena mereka ‘cuma buang air kecil di sana’. Aku pun tidak mencoba mengklarifikasi berapa kali toilet itu bisa digunakan tanpa disiram.”

Ada kisah lain tentang kehormatan negara ini pada berhemat, “Kami lumayan terkejut saat, selama jam sibuk di pasar, kasir kami terus membujuk kami membeli dua kotak anggur. Anggurnya gratis hari ini! Bukan cuma semua orang di dalam antrean dengan sabar menunggu sementara suamiku berlari ke ujung toko untuk mendapatkan anggur itu, tapi mereka juga meyakinkan kami untuk melakukannya.”

Ada hal yang sangat sulit dijadikan kebiasaan bagi beberapa ekspatriat, “2,5 tahun lalu, temanku pindah ke Belanda, aku membantunya menyewa apartemen, mencari pekerjaan, dan menjelaskan cara tinggal di sini dengan hemat (tidak menggunakan banyak air, listrik, dll.). Jelas dia tidak memahami saran dariku. Akhirnya, dia mendapatkan tagihan €600 (Rp9,5 juta) untuk listrik dan 3 denda yang masing-masing senilai €300 (Rp4,8 juta) karena melanggar lalu lintas. Akhirnya, temanku kembali ke negara asalnya dan berkata, “Eropa itu keren, tapi aku takkan mandi di wastafel.”

2. Orang asing mungkin menganggap orang Belanda super pelit, padahal mereka menganggap diri mereka irit.

Mereka bersepeda, membawa bekal dari rumah, dan tidak membuang produk yang sudah kedaluwarsa jika masih masih enak, semua ini adalah kebiasaan yang normal di Belanda. Tapi berikut ini adalah beberapa contoh perilaku penduduk setempat yang benar-benar membuat orang asing terkejut.

  • “Aku bertemu temanku, yang bilang bahwa dia akan membeli sekotak es loli dan bertanya apakah aku juga menginginkannya. ’’Tentu,’’ jawabku. Dia kembali dan kami makan es loli di sekolah bersama 4 teman sekelas lainnya. Keesokan harinya, dia datang kepadaku dan berkata: ’’Hei Lina, kamu masih berutang 40 sen (Rp6.000) untuk es loli kemarin karena harga satu kotaknya €2,40 (Rp40.000).’’ Rupanya, aku tidak menyadari kesepakatan yang aku setujui. Aku membayar utangku dan mendapatkan pelajaran untukku diriku sendiri, yaitu jangan pernah mengharapkan sesuatu secara gratis.”
  • “Uang temanku kurang 60 sen (Rp60.000) untuk membeli sesuatu, lalu akhirnya dia meminjam uang itu dari temannya. Dia belum pernah meminjam sesuatu dari temannya. 3 hari kemudian (ada akhir pekan di antaranya), dia membuka surelnya dan melihat 2 surel dari temannya yang mengingatkannya agar tidak lupa membayar utang.”
  • "Kami berempat sedang minum kopi di tepi laut. Kamu sudah ingin membayar, lalu pergi. Satu temanku yang adalah orang Belanda menawarkan untuk membayar semuanya, dengan berpikir kami akan mengirimkan uang patungan kami ke rekening bank-nya. Kurasa itu agak konyol karena harga espresoku cuma €1,2 (Rp20.000). Kami setuju, dia membayar, dan satu jam kemudian, aku lupa total. Keesokan harinya, dia membuka grup WhatsApp dengan nomor rekening bank-nya, meminta masing-masing dari kami untuk membayar €1,2 (Rp20.000) untuk semua espreso yang dipesan. Orang-orang Belanda dan uang... © Arber Bozgo / Quora

3. Keluarga adalah salah satu yang utama di sini.

Melihat 2-3 anak dalam satu keluarga adalah hal yang normal. Ibu dan ayah berbagi tanggung jawab terkait merawat anak secara adil. Menghabiskan hari Minggu bersama seluruh keluarga untuk melakukan aktivitas fisik seperti joging, berenang, berselancar, atau berperahu adalah hal yang biasa. Acara utama keluarga setiap hari mereka adalah makan malam. Warga setempat menggunakan istilah “gezin”, yang mencakup orang-orang yang tinggal bersamamu (ibu, ayah, anak). Makan malam hanya untuk gezin. Dan seseorang yang tidak termasuk gezin akan diminta untuk meninggalkan acara makan ini.

Berikut adalah ucapan seorang perempuan tentang pengalamannya, “Salah satu kesanku tentang bulan-bulan pertama tinggal di Amsterdam adalah kisah temanku yang dari luar negeri bilang bahwa anaknya, yang main ke rumah temannya sepulang sekolah, diminta pulang dengan kata-kata berikut, ’Maaf, kami mau makan malam. Saatnya kamu pulang.’ Reaksi dari teman-teman Belanda-ku untuk cerita ini ternyata lebih mengejutkan, ‘Apa salahnya? Itu benar. Mereka mungkin memasak makan malam yang cuma cukup untuk keluarga mereka.’ Hari ini, setelah 2 tahun, aku melihat penjelasan yang berbeda dari cerita ini: tradisi makan malam keluarga begitu alami dan tidak tergoyahkan di negara ini, jadi, saat mereka meminta anak orang lain untuk pulang, orang Belanda berpikir mereka melakukan hal yang baik, karena orang tua anak itu juga menunggu anak mereka pulang untuk makan malam... yaitu pukul 6 sore tepat!”

4. Mungkin kejujuran penduduk setempat terdengar agak kasar.

Warga setempat “sangat terang-terangan” dan selalu bicara apa adanya kepada semua orang. Mereka akan secara terbuka mengatakan kamu tidak terlihat baik-baik saja hari ini atau menunjukkannya saat kamu melakukan kesalahan di tempat kerja. “Kurasa idemu sangat buruk,” adalah reaksi normal yang mungkin seorang bawahan katakan kepada bos-nya dalam rapat kerja. Kejujuran mereka mungkin terdengar sangat kasar, tapi mereka tidak bermaksud untuk menghina siapa pun, tapi memang beginilah cara mereka dibesarkan sejak kecil.

Berikut adalah situasi yang pernah dialami seorang perempuan, “Kejujuran yang brutal, dalam setiap percakapan dengan orang Belanda, aku setidaknya punya satu momen yang mengejutkan dan lucu saat mereka mengatakan sesuatu yang benar-benar menyinggungku atau orang lain, dengan wajah sangat datar, karena mereka tidak paham untuk apa kita menutupi kebenaran. Ini adalah aspek favoritku dari budaya mereka.”

Seorang pemuda lain juga membagikan pendapatnya, “Saat masa adaptasi selesai, kamu mulai memahami betapa kerennya bisa punya kesempatan untuk mengatakan segalanya dengan jujur, mengatakan apa yang kamu pikirkan tentang perilaku orang lain yang tidak terlalu kamu kenal, dan melihat mereka mendengarkanmu, bahkan terkadang setuju dengan ucapanmu. Pada saat yang sama, kamu harus berlapang dada ketika mereka menyatakan pendapat jujur mereka tentangmu juga. Tepat di hadapanmu, bukan di belakangmu. Setiap karyawan bisa menunjukkan kesalahan manajer mereka secara terbuka. Jika memang benar, sang manajer akan memperbaiki perintah dan tugas yang dia berikan.”

Berikut adalah cerita yang dibagikan seorang perempuan di situs Ideer, “Saat ke Amsterdam, ada seorang perempuan di kelompok kami yang selalu pamer, dia suka menghambur-hamburkan uangnya, dan melihat-lihat mantel bulu mahal. Di Museum Diamant, dia mencoba banyak pakaian, membuat para konsultan di sana lari bolak-balik untuknya, dan dia mengatakan, ’Bukan itu yang aku mau!’ Dia menyodorkan antingnya ke asisten di sana dan berkata, ’Aku butuh sesuatu yang cocok dengan antingku.’ Asisten itu pun menjawab, ’Botol kristal akan cocok dengan antingmu.’ Aku belum pernah berada di situasi yang lebih kacau sejak saat itu.”

5. Ada lebih banyak sepeda daripada orang di sini.

Ratu Belanda saat sedang bersepeda.

Negara ini punya 18 juta sepeda yang terdaftar secara resmi, yang cuma kalah sedikit jumlahnya dibanding penduduk yang tinggal di sini. Jalan terpisah sudah dibuat bagi pengendara sepeda, bahkan ada jalan raya antarkota untuk sepeda, dan ada lampu lalu lintas sepeda yang terpisah hampir di setiap persimpangan. Biasanya, kita dapat melihat pemandangan seperti ini, seorang wanita mengendarai sepeda dengan gerobak di bagian depan untuk tempat anaknya duduk.

Seorang pemuda yang pindah ke Belanda membagikan kisah berikut, “Hal pertama yang aku lakukan saat pindah ke sini adalah membeli sepeda dan aku aktif menggunakannya sejak saat itu. Namun, biasanya, orang-orang di sana membelinya dengan rantai besar. Jika kamu meninggalkan sepedamu tanpa dikunci dengan rantai selama semalam, kemungkinan besar kamu takkan bisa menemukan sepedamu keesokan harinya. Seperti lelucon orang Belanda, dalam hal ini, kamu punya hak moral untuk menuntut keadilan dan mencuri sepeda orang lain. Sebenarnya, itu bukan lelucon. Itu sebabnya sepeda baru jarang digunakan di sini karena tidak mungkin seseorang mau mencuri kendaraan reyotmu yang sudah tua.”

“Tempat parkir sepeda tiga tingkat di Amsterdam”

“Setiap tahun, saat pengeringan kanal”

6. Berseluncur es bukan sekadar hobi, melainkan minat nasional Belanda.

Biasanya, ramalan cuaca pertama tentang datangnya salju sudah cukup sebagai alasan bagi orang Belanda untuk mulai menyiapkan sepatu seluncur mereka. Saat semua sungai dan kanal membeku, pemerintahan kota mengukur ketebalan es dan secara resmi memberikan izin. Warga bergegas ke kanal terdekat. Ketika musim dingin sudah benar-benar berjalan, para penggemar seluncur es dapat terlihat di setiap kolam dan danau beku, serta tempat dengan es lainnya.

7. Orang asing sulit belajar bahasa lokal, itulah sebabnya banyak penduduk Belanda dapat bicara bahasa populer lain.

Bahasa Belanda mencakup banyak suara mendesis dan menggeram. Suara yang paling luas menyerupai “h” dan “g” dan terdengar seperti ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokan dan ingin dikeluarkan bersama batuk (apa kamu pernah mencobanya?). Bahkan, setelah beberapa tahun menghadiri kursus bahasa, mungkin cukup sulit untuk memahami apa yang dikatakan temanmu. Dan jangan bilang ke penduduk setempat bahwa bahasa mereka mirip bahasa Jerman. Mereka tidak suka perbandingan ini.

  • “Untuk memahami perbedaan antara penulisan dan pelafalan dalam bahasa Belanda, yang perlu kamu lakukan adalah melihat lirik katanya. Menurutmu, bagaimana bunyi kata seru pada lagu? ’Oh-oh-oh’, ’Eh-eh-eh’? Ha-ha! Setiap jawaban logismu pasti salah... karena yang benar adalah dibaca ’UUUUUU, UUUU.’ Lucu memang, tapi aku sudah tidak terkejut lagi,” tulis seorang perempuan di channel Telegram-nya.
  • “Karena bahasa Belanda cuma dituturkan oleh sedikit orang, dan karena orang Belanda dikenal sebagai pedagang yang melakukan bisnis di setiap sudut dunia, kebanyakan orang dari Belanda belajar bicara banyak bahasa. Aku menemukan banyak orang Belanda bisa bahasa Belanda, Inggris, Jerman, Prancis, dan terkadang Spanyol atau bahasa lain. Aku pernah bertemu beberapa orang Belanda yang bisa bicara 3 sampai 5 bahasa!” ucap seorang pria di Quora.

Jika membahas bahasa Inggris, bahasa ini ada di mana-mana: di TV dan di film bioskop. Film biasanya disiarkan dalam bahasa Belanda dengan subtitle bahasa Inggris atau sebaliknya.

8. “Tidak apa-apa” adalah frasa favorit di negara ini.

Warga setempat menghubungkan segala sesuatunya secara filosofis. Dan sikap ini disebut sebagai “yang terjadi biarlah terjadi”. Jika hal yang luar biasa terjadi, mereka akan bilang, “Tidak apa-apa,” dan masalah pun terselesaikan dengan sendirinya. Misalnya, ada banyak salju di pagi hari, tapi tidak ada alat pembersih salju. Banyak kantor pun tutup dan menghubungi klien mereka dari rumah dan berkata, “Yang terjadi biarlah terjadi.”

9. Budaya makanan mereka berbeda.

Warga Belanda sangat menyukai roti dan keju, yang berfungsi sebagai makanan pokok yang dimakan untuk sarapan, makan siang, dan camilan. “Di banyak prasekolah, memberikan anak-anak makanan panas adalah hal yang tidak biasa. Sepanjang hari, mereka lebih sering makan buah, camilan, dan, tentu saja, roti lapis.” Orang Belanda menjelaskan sikap mereka terhadap makanan ini dengan cukup sederhana: “Roti lapis yang lezat terdiri dari roti segar yang mengandung semua kalori yang diperlukan tubuh, elemen bernutrisi, dan vitamin yang diperlukan,” ucap seorang perempuan di Pikabu.

Bahkan, mereka cuma makan satu makanan panas dalam sehari, dan itu untuk makan malam. Biasanya, mereka membeli sup siap masak, menuangnya ke panci, dan memanaskannya di kompor. Sup ini hanya berisi beberapa wortel dan beberapa potong daging. Jika mereka memasak sendiri, bahan utama untuk sup akan terbuat dari kacang polong.

Selain itu, ada banyak produk susu di sini: terdapat berbagai macam yoghurt dan krim asam (produk-produk yang sulit ditemukan di negara Eropa lainnya). Warga Belanda aktif menjual ikan di kota-kota tepi laut. Ada restoran dan toko ikan di dekat pantai yang menjual ikan dalam segala bentuk: mulai dari kering, asap, steik ikan, keripik, sampai koktail boga laut. Penduduk setempat tidak mau repot-repot memasak, mereka lebih suka membeli produk setengah jadi atau sesuatu yang siap dihidangkan agar mereka hanya perlu memanaskannya kembali di microwave.

“Makanan sehari-hari di Belanda”

10. Semua yang berkaitan dengan kebersihan tidak sesederhana itu di sini.

Mandi setiap hari adalah suatu kewajiban di kalangan penduduk setempat dan mereka menghabiskan banyak waktu untuk menyikat gigi. Mereka siap membersihkan rumah mereka selama berjam-jam, tapi... mereka tidak menganggap cuci tangan sebagai suatu keharusan. Biasanya, mereka tidak mencuci tangan ketika datang dari luar rumah atau setelah menggunakan toilet dan sebelum makan. Ini dianggap lebih baik bagi sistem kekebalan tubuh karena tubuh bisa menyesuaikan dan menjadi lebih tahan terhadap virus.

Inilah yang ditulis seorang perempuan asal Rusia, yang menikah dengan seorang pria Belanda, di blog miliknya, “Suamiku terus menolak untuk waktu yang lama saat aku memberinya tisu basah di kafe untuk membersihkan tangannya sebelum makan atau minum kopi. ’Untuk apa?’ tanya dia. ’Ini penting,’ jawabku. Dia pun membersihkan tangannya sambil menggerutu dan menyebutku diktator. Sekarang, dia melakukan semua ini tanpa bertanya.”

11. Para ibu cuma punya waktu cuti hamil yang sangat singkat.

Cuti hamil berbayar berlangsung selama sekitar 16 minggu. Dalam keluarga yang kedua orang tuanya bekerja, anak-anak akan mengikuti prasekolah. Biasanya, kakek dan nenek di suatu keluarga tidak mengasuh cucu karena mereka punya kehidupan sendiri dan ingin menikmati istirahat yang layak dalam masa pensiun. Di sebagian besar keluarga, kedua orang tuanya pasti bekerja. Bukan hanya memberikan penghasilan yang lebih tinggi, tapi ini berfungsi sebagai semacam jaminan kebebasan seorang wanita. Calon pekerja yang punya anak ditawarkan untuk mengurangi jam kerja saat proses wawancara, yaitu menjadi 32 atau 36 jam, alih-alih 40 jam.

Seorang perempuan yang tinggal di Belanda menulis ini, “Aku tidak berhenti dari pekerjaanku saat punya seorang putri, tapi aku mengurangi jumlah hari kerjaku menjadi 4 hari seminggu. Setiap orang tua berhak mengurangi jumlah jam kerja mereka dan atasan tidak berhak menolak atau memecat seseorang karena alasan ini. Oleh karena itu, banyak pasangan tidak bekerja selama seminggu penuh. Aku dan pasanganku bekerja 4 hari seminggu dan tidak termasuk akhir pekan, masing-masing dari kami menghabiskan satu hari penuh bersama putri kami dalam seminggu. Sehari-harinya, putri kami mengikuti prasekolah.”

Namun, ada kesulitan tertentu yang mungkin terkait dengan bekerja setelah melahirkan. Karena wanita punya waktu yang sedikit untuk anak, pada akhirnya, anak akan mengenakan popok sampai usia 4 tahun. Buku-buku seperti How to Potty Train Your Child at the Age of 4 cukup populer di sini. Biasanya, tidak ada toilet di prasekolah karena orang-orang lebih nyaman jika semua anak memakai popok.

Anak-anak Belanda dianggap sebagai anak yang paling bahagia di Eropa. Semuanya berkat suasana yang sehat dalam keluarga. Gagasan utama para ibu di Belanda cukup sederhana: anak-anak tidak mengubah hidup mereka, melainkan melengkapi hidup mereka. Para ibu tak mengabaikan kehidupan pribadi mereka, mereka terus bekerja, bertemu dengan teman, dan mencari waktu untuk kepentingan pribadi mereka sendiri.

Mereka mencoba meringankan kehidupan rutin semaksimal mungkin, setiap rumah punya mesin cuci baju, mesin cuci piring, dan penyedot debu robot. Makan malam dimasak dari bahan yang sudah dicincang, sudah dibumbui, dan dipisahkan per porsi. Alih-alih berkeliling dengan kereta bayi, mereka lebih suka bersepeda bersama.

“Aku sudah tinggal di Amsterdam selama 2 tahun dan belum pernah melihat ibu memarahi atau menghukum anaknya di depan umum atau meminta maaf kepada orang-orang yang ada di sekitarnya karena tangisan bayinya. Ibu di sini menganggap setiap anak punya kepribadian unik yang membutuhkan kasih sayang, dan membantu mengekspresikan dan memahami diri mereka sendiri di dunia ini,” tulis seorang perempuan di Pikabu.

12. Keseimbangan kehidupan dan kerja sangat penting bagi orang Belanda.

Kondisi kerja yang baik dan hukum ketenagakerjaan yang kuat adalah alasan kenapa pengangguran di Belanda sangat rendah. Tapi dalam wawancara kerja, hal utama yang harus dilakukan adalah tidak menunjukkan bahwa kamu adalah orang yang gila kerja dan tidak membahas soal ketersediaanmu untuk bekerja secara berlebih, kedua hal ini dianggap sebagai kelemahan, bukan kelebihan seorang kandidat. Orang-orang tidak lembur di tempat kerja, jadi, melihat seseorang di kantor setelah pukul 6 sore dianggap lumayan aneh. Orang Belanda selalu mengontrol jumlah jam kerja karena mereka takut seseorang akan terlalu lelah di tempat kerja atau tidak bisa meluangkan waktu yang cukup untuk keluarga.

Cuti sakit berbayar yang disebabkan kelelahan di tempat kerja sangat umum terjadi di Belanda. Untuk mengambil cuti ini, kamu perlu mendapatkan resep dari psikolog atau terapis keluarga, tapi atasanmu tetap yang membuat keputusan akhir. Jika setuju dengan diagnosis ini, atasanmu harus membayar gajimu selama 2 tahun pertama saat kamu sakit.

13. Kamu takkan bisa langsung ke dokter.

Jika kamu sakit, kamu perlu membuat janji temu dengan dokter keluargamu. Kemungkinan besar, dokter akan merekomendasikan lebih banyak istirahat dan meresepkan parasetamol untukmu. Ini adalah saran utama dari dokter umum. Jika parasetamol tidak membantu, pasien akan secara otomatis dirujuk ke dokter dengan spesialisasi yang lebih tinggi. Kamu tidak bisa langsung membuat janji temu dengan spesialis dan sistem ini dapat membuat kehilangan waktu jika penyakit yang kamu alami cukup serius. Namun, perlu dicatat bahwa setelah melanggar “batas” dokter keluarga, kamu mendapatkan akses ke pengobatan modern yang sangat efektif.

14. Orang Belanda menaruh kalender dengan tanggal penting di kamar mandi.

Penduduk setempat menandai ulang tahun kerabat, teman, rekan kerja, dan bahkan tetangga mereka di kalender khusus. Menggantung kalender di kamar mandi sudah menjadi kebiasaan, jadi, mereka takkan melewatkan tanggal-tanggal penting. Jika kamu masuk ke kamar mandi di rumah seseorang, belum tentu namamu ada di kalender ini. Jika kamu berpikir kalian berteman, tapi tidak melihat catatan tentang ulang tahunmu di kalender ini, menurut orang Belanda, kamu tidak terlalu dekat dengan mereka.

15. Menghormati lingkungan adalah bagian dari gaya hidup semua orang.

Sarana transportasi yang paling populer adalah sepeda, sedangkan sampah di sana disortir dengan hati-hati, bahkan kaca dipisahkan berdasarkan warna (putih, hijau, dan cokelat). Ada toko yang tidak menggunakan plastik dan selofan untuk kemasan, banyak merek juga mendukung pelestarian lingkungan.

Undang-undang di negara ini tidak mewajibkan penduduknya untuk memilah sampah, tapi ada motivasi tertentu untuk melakukannya, orang-orang yang secara aktif memilah sampah mereka dihadiahkan kupon diskon untuk membayar biaya sewa rumah dan utilitas. Selain itu, para petani hampir sepenuhnya mampu menghilangkan penggunaan pestisida dan mengurangi penggunaan antibiotik dalam memelihara unggas dan ternak hingga 60%.

16. Warga lokal suka bepergian (dalam pengertian tradisional dan kadang-kadang agak aneh).

Begitu matahari terbit dari balik awan, warga Belanda bergegas ke jalan-jalan dan membuka teras kafe untuk minum kopi, bahkan banyak dari mereka juga mulai punya perlengkapan barbeku di halaman belakang rumah. Selain itu, banyak orang pergi ke kota pesisir laut, seperti Den Haag dan Zandvoort. Orang-orang bahkan tetap berenang meski suhu di luar cuma 15 °C. Selain itu, berkeliling Eropa dari Amsterdam sangatlah mudah, kamu bisa sampai ke Brussels dalam beberapa jam dan Paris dalam waktu 5 jam.

Ada seorang perempuan yang pindah ke negara tulip ini dan rekannya membuatnya sangat terkejut di hari pertama, “Pariwisata super ekstrem sangatlah umum di Belanda, ini terjadi saat mereka berkeliling selama beberapa hari naik Jalur kereta api Trans-Siberia dan duduk di kursi prioritas (di Rusia). Pada hari pertama kerja, aku mendengar bahwa temanku melakukan ini dan dia sangat menyukainya.”

Bonus #1: Pemandangan yang takkan berubah meski cuacanya tidak ramah.

“Kemungkinan besar, ini adalah foto paling khas Belanda yang pernah aku ambil.”

“Aku menemukan tempat yang luar biasa! Di surga, yang mereka bicarakan cuma lautan...”

Apa kamu ingin tinggal di negara dengan gaya hidup seperti ini?

Kredit foto pratinjau Iakov Filimonov / shutterstock
Bagikan Artikel Ini