Sisi Terang
Sisi Terang

Alasan Orang Memproyeksikan Rasa Insecure-nya ke Orang Lain dan Cara Mencegah Sikap Itu Melukai Kita

Tanpa kita sadari, pikiran kita mampu melindungi banyak hal dalam situasi yang berdampak emosional terhadap kita; dan salah satu mekanisme pertahanan ini adalah proyeksi psikologis. Sikap ini dilakukan secara tidak sadar dan disalurkan kepada orang lain demi mendapatkan kepuasan batin. Sebenarnya, proyeksi psikologis bisa membahayakan hubungan, karena biasanya berakhir dengan melukai seseorang atau membuat orang lain merasa bersalah tanpa sadar, dan kadang perilaku itu bahkan tidak benar dan/atau adil, maka sebisa mungkin, kita harus berusaha untuk menjauhi perilaku ini.

Sisi Terang ingin meningkatkan kesadaran tentang proyeksi psikologis dalam kehidupan sehari-hari guna membekali orang dengan alat untuk mendeteksinya, sebelum mendatangkan bahaya lebih lanjut. Dengan cara ini, kita bisa menghindarkan diri dari menjadi korban orang yang melakukan proyeksi, atau bahkan mengenali proyeksi dalam diri kita, dan mencoba mengubah perilaku ini.

Proyeksi psikologis sebagai mekanisme pertahanan

Ketika seseorang tidak bisa menerima sifat, kualitas, keinginan, atau dorongan tertentu dalam dirinya sendiri, maka dia bisa berlanjut mengalihkannya kepada orang lain. Baginya, akan tampak seolah orang lain yang memiliki kualitas yang tidak disukainya sebagai ’proyektor’. Faktanya, ini adalah cara yang sangat biasa dilakukan untuk mengatasi berbagai hal. Bagaimanapun, memproyeksikan dirimu kepada orang lain adalah sebuah mekanisme pertahanan diri. Kadang, cara ini bisa membantu orang mengatasi berbagai ketidaknyamanan atau rasa malu bawah sadar yang tidak ingin kamu hadapi. Kalau kamu perhatikan dengan cermat, sebetulnya ini adalah cara seseorang mengatasi sifat yang sulit, tanpa menyadari kalau itu adalah masalahnya sendiri.

Nah, setelah memiliki informasi latar belakang ini, kita bisa bertanya kepada diri sendiri apa yang sebenarnya kita lakukan untuk melindungi diri di saat memproyeksikan diri sendiri kepada orang lain. Jawabannya sederhana: umumnya, semua ini terkait harga diri dan ego. Yaitu, dibutuhkan ego yang terlalu kuat untuk menyembunyikan “sisi buruk atau gelap” apa pun dalam diri seseorang. Jauh di lubuk hatinya, orang semacam ini menegaskan, dalam pikirannya, bahwa perasaan, pikiran, dan perilaku negatif membuatnya rendah diri, sehingga dia menyembunyikannya.

Beberapa cara orang memproyeksikan diri dalam kehidupan sehari-hari

1. Menyalahkan orang lain dan menolak bertanggung jawab atas tindakan mereka.

Mungkin ini adalah cara paling umum untuk memproyeksikan rasa takut dan tidak aman terhadap orang lain. Orang yang melakukan proyeksi menghindar dari mengakui kesalahan atas situasi tertentu dan mencari alasan untuk menimpakannya kepada orang lain. Umumnya, situasi proyeksi didasarkan persis pada menunjukkan bahwa “ini salahmu, bukan salahku.”

2. Mereka mencari-cari “kelemahan” orang lain dan cenderung menghakimi.

Bagi seseorang yang biasa memproyeksikan diri terhadap orang lain, jauh lebih mudah menyerang dan membuat orang berpikir bahwa dia sedang menunjukkan perilaku, alih-alih benar-benar menghadapi masalahnya itu sendiri. Karena itu, sering dikatakan bahwa cara seorang “proyektor” bertindak terhadap orang lain bisa mencerminkan perasaannya yang sebenarnya tentang diri sendiri dalam situasi tertentu.

3. Mereka mencoba mencemooh orang lain.

Seseorang yang merundung orang lain seringnya melakukan hal itu karena berbagai rasa tidak aman yang mungkin dideritanya. Merundung adalah teknik yang dia gunakan untuk mengatasi masalah itu. Dia akan berusaha mengintimidasi orang lain supaya tidak perlu menghadapi rasa tidak aman yang dideritanya.

4. Meyakinkan orang lain bahwa proyeksi mereka nyata.

Skenario terburuk dalam proyeksi psikologis terjadi saat seseorang yang terus melakukan proyeksi berhasil menyatukan hal ini ke dalam identitas sasaran proyeksi. Bagi Darlene Lancer, seorang spesialis ahli hubungan toksik, individu yang rentan menjadi korban masalah psikologi jenis ini adalah orang-orang yang menunjukkan tanda-tanda kodependensi. Sederhananya, ada orang yang menunjukkan keprihatinan berlebih kepada orang lain, dan dalam kasus yang sedang kita bahas ini, mereka prihatin terhadap orang yang melakukan proyeksi terhadap mereka dan mengkritik hal itu.

Kodependen cenderung menerima atau mendahulukan kebutuhan orang lain, sehingga memanjakan mereka dengan maksud untuk menghindari konflik apa pun yang bisa muncul saat mengatasi masalah sebenarnya di balik hubungan mereka. Dengan begini, pelaku proyeksi mengkritik dan menghakimi seorang kodependen, akibatnya dia kehilangan harga diri dan kebebasan sampai pada titik menaburkan keraguan dalam pikirannya tentang siapa dia dan sebesar apa nilainya. Sehingga identitasnya menjadi buram, sampai-sampai akhirnya mempercayai semua yang diproyeksikan orang lain kepadanya, dan ini yang oleh para psikolog dinamakan “identifikasi proyektif,” yang artinya dia mengenali diri dengan apa yang diproyeksikan orang lain kepadanya.

5. Menghakimi diri sendiri dan “yakin” orang lain melakukan hal yang sama.

Mungkin juga seseorang yang kodependen atau seseorang yang memiliki harga diri rendah terus-menerus mengkritik diri sendiri dengan keras. Ini bisa sering terjadi, sampai pada titik merasa bahwa kelemahan yang dia lihat dalam dirinya juga bisa dilihat dan dinilai orang lain. Dengan begitu, sebetulnya dia sedang memproyeksikan rasa tidak amannya terhadap orang lain.

6. Memindahkan persepsi tentang orang lain kepada seseorang.

Situasi ini umumnya muncul dalam hubungan romantis di mana perasaan bawah sadar yang dialami oleh “proyektor” terhadap ayah atau ibunya dialihkan kepada pasangannya, dan pada gilirannya, dia menganggapnya sebagai bagian dari dirinya. Dengan kata lain, orang yang menjadi sasaran proyeksi perasaan ini, mengambil peran yang dirasakan “proyektor” terhadap seseorang di masa lalunya dalam situasi yang mustahil untuk diatasi atau dipahami olehnya. Tanda-tanda dari jenis proyeksi ini adalah:

  • Bertengkar berulang-ulang karena hal yang sama
  • Merasa kecewa terhadap pasangan tanpa tahu alasannya
  • Bingung atas reaksi pasangan terhadap suatu situasi

Cara mengetahui apa kamu juga melakukan proyeksi

Jika mengalami salah satu situasi ini, kemungkinan dalam pertemananmu terjadi proyeksi psikologis. Proyeksi berdampak terhadap pengetahuan dan pengenalan diri, jadi seseorang yang tidak mampu mengenali dan menerima kelemahannya bisa dengan mudah melakukan proyeksi terhadap orang lain.

Itu sebabnya, sangat penting meningkatkan kesadaran tentang mekanisme psikologis ini jika kamu ingin mengatasi masalah yang mendasar. Bagian dari prosesnya adalah sadar akan diri, pikiran, tindakan, emosi, reaksi kita sendiri, dsb. Menanyai diri selalu merupakan langkah pertama untuk mengetahui apa mungkin kamu telah melakukan proyeksi bawah sadar terhadap orang lain.

Cara mengetahui apa seseorang sedang melakukan proyeksi kepadamu

Di sisi lain, kamu mengidentifikasi diri sebagai sasaran proyeksi seseorang, kamu perlu tahu bahwa ada tanda-tanda tertentu, yang bisa membantumu mendeteksi jika kamu sedang menghadapi seseorang yang sedang melakukan proyeksi kepadamu, seperti:

  • Penilaiannya berlebihan dan tidak sesuai dengan situasi.
  • Dia bereaksi keras yang tidak biasanya terhadap perkataanmu tentang mereka.
  • Sepertinya tidak ada penjelasan yang masuk akal atas reaksinya.
  • Orang itu mengubah arah pembicaraan kepadamu atau orang lain.

Cara bertindak saat seseorang melakukan proyeksi kepadamu

Ketika harus mengambil tindakan, seperti saat menghadapi orang yang melakukan proyeksi, hal ideal untuk dilakukan adalah merespons dengan jelas, tanpa membuat konflik besar. Kamu bisa menjawab dengan “Aku tidak setuju,” atau bahkan menarik diri dari percakapan saat bahan pembicaraan tidak menghentikan konflik, meskipun kamu tidak ikut bermain. Yang penting adalah mencegah dirimu menginternalisasi kritik atau kesalahan yang tidak adil itu, menyiapkan dirimu dengan gagasan bahwa yang dikatakan orang ini sebenarnya tidak bersifat pribadi dan masalahnya bukan kamu, tapi dia.

Setelah diskusi dan dengan “kepala lebih dingn,” kamu bisa mencoba membicarakan tindakannya, tanpa bertujuan untuk membuatnya berubah. Bagaimanapun, itu bukan kewajibanmu, dan biasanya, orang semacam ini butuh bantuan psikologis untuk mencapai perubahan seperti itu.

Apa yang harus dilakukan jika kamu melakukan proyeksi terhadap seseorang

Jika kamu percaya bahwa kamulah orang yang sedang melakukan proyeksi, dianjurkan untuk bergerak menjauhi masalah itu, lalu menenangkan diri guna menetapkan situasi secara objektif dalam 4 langkah:

  1. Gambarkan situasi yang terjadi tanpa memakai kata sifat atau kata-kata yang menggambarkan emosi apa pun.
  2. Gambarkan peranmu dalam situasi itu. “Apa yang telah kulakukan dengan sengaja atau tidak sengaja yang memicu reaksi orang lain?” atau “Apa yang menggambarkan diriku kalau yang dikatakan itu benar?”
  3. Gambarkan peran orang lain dalam situasi itu, dengan menghindari kata sifat. “Cerita apa yang kusampaikan tentang perilaku orang itu?” atau “Apa ada bukti bahwa aku benar?” Kalau begitu, “Apa dampaknya kepadaku?”
  4. Apa kamu bisa mengenali saat kamu melakukan proyeksi?

Perlu disampaikan hal yang terpenting: untuk kedua situasi ini, pilihan terbaik adalah selalu berkonsultasi kepada spesialis terapi.

Apa kamu pernah melihat situasi saat proyeksi psikologis terjadi? Bagaimana kamu mengatasinya?

Sisi Terang/Psikologi/Alasan Orang Memproyeksikan Rasa Insecure-nya ke Orang Lain dan Cara Mencegah Sikap Itu Melukai Kita
Bagikan Artikel Ini