Keluarga & anak

Ayah memang bukan orang yang mengandung bayi di dalam perutnya selama sembilan bulan, tapi mereka sama pentingnya bagi kehidupan anak dengan sang ibu. Sering kali, mereka jarang menunjukkan emosi mereka. Untungnya, ada beberapa orang yang berhasil menangkap emosi mereka di kamera.

Ketika para ayah antusias dan mengambil bagian dalam kehidupan putri mereka, kemungkinan gadis-gadis ini akan merasa lebih berharga dan meraih prestasi akademik yang bagus, begitulah kata para ahli. Tapi kita tidak butuh banyak penelitian untuk membuktikan bagaimana dunia menjadi lebih baik ketika ada ayah yang menyayangimu sepenuh hati.

Anda akan terkejut oleh banyaknya manfaat permainan berpura-pura bagi anak-anak kita dan betapa banyak permainan ini membantu tumbuh kembang mereka. Misalnya, jika anak-anak Anda suka bermain dokter-dokteran, mereka mungkin akan menunjukkan jauh lebih banyak empati terhadap anak-anak lain. Atau jika mereka suka bermain make-up, ini bisa meningkatkan harga diri ketika mencapai usia remaja.

Setelah penelitian membuktikan kakek-nenek yang menghabiskan waktu dengan cucu mereka lebih bahagia dan panjang umur, penelitian lain menemukan manfaat yang sama bagi anak-anak. Mereka lebih bahagia dan berpeluang mengalami lebih sedikit depresi di masa depan.

Saat membesarkan anak, para ayah tidak terlalu lelah dan stres serta merasa lebih bahagia dibanding para ibu. Mungkin, ini bisa dijelaskan dengan melihat fakta yang ada, yaitu para ayah bersikap santai dan lebih cenderung mengambil tanggung jawab untuk kegiatan yang berhubungan dengan hiburan, sedangkan para ibu mencurahkan seluruh waktunya untuk merawat anak-anaknya.

Sebuah studi menyimpulkan bahwa menikah adalah hal yang baik bagi jantungmu. Pernikahan mengurangi risiko penyakit jantung dan strok. Tapi perjalanannya tidak selalu mulus, dan pasangan terkadang beralih ke internet untuk melampiaskannya dengan cara yang kocak.

Jika kamu punya kakak perempuan, kamu bisa bersembunyi di belakangnya saat mendapat masalah, membuatnya beres-beres rumah, dan bahkan meminjam bajunya (tentu saja tanpa sepengetahuan dia), tapi masih ada banyak hal yang membuatmu harus berterima kasih kepadanya. Menurut para psikolog, memiliki kakak perempuan meningkatkan stabilitas mental dan perkembangan secara keseluruhan. Anak-anak yang besar bersama kakak perempuan lebih bahagia dan menjadi orang dewasa yang lebih bisa mengendalikan emosi.

Anak-anak cenderung tumbuh sangat cepat. Dan tanpa kita sadari, bayi mungilmu sudah akan menjadi wanita muda cantik yang tidak lagi membawa tas sekolah ke mana-mana. Sekarang, dia membawa tas kerja di tangannya dan berdiri di ambang kedewasaan. Pada momen seperti ini, kita sering menyesal karena tidak sempat menjelaskan beberapa hal penting kepada anak kita.

Baik dokter anak maupun psikolog sepakat bahwa hukuman fisik banyak mendatangkan bahaya bagi anak, baik secara fisik maupun mental. Menurut sebuah survei, 25 tahun lalu, 80% orang tua memukul anak-anak mereka. Sekarang ini, 67% melakukan hal yang sama. Meskipun angkanya berkurang, perjalanan kita masih panjang.

Meskipun ada kecenderungan baru yang harus diperhitungkan, yaitu saat wanita mulai bekerja dan semakin banyak pria mengabiskan waktu lebih lama di rumah, pola yang sudah berlangsung lama masih bertahan. Bahkan pada tahun 2020, rata-rata pria bekerja dua kali lipat lebih banyak dibanding wanita. Tetapi wanita menghabiskan waktu dua kali lebih banyak untuk merawat anak dan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.

Ayah membuat kue untuk anaknya, mengubah kamar mereka menjadi negeri dongeng, menciptakan tas yang bisa berubah menjadi tempat mengganti popok, dan bahkan mengecat janggut mereka dengan warna mencolok untuk memberi kejutan kepada anaknya. Mereka melakukan apa saja untuk membuat anak-anaknya merasa disayang dan dilindungi. Mereka juga sering mengubah kesulitan dalam perannya sebagai ayah menjadi sebuah kelucuan dan keseruan.

Rata-rata, anak-anak mengajukan 73 pertanyaan setiap hari. Sayangnya, tidak ada statistik tentang berapa kali seorang anak membuat orang tua mereka menepuk jidat setiap hari, tapi kalau kami boleh menebak, pasti berkali-kali!

Kehidupan keluarga tidak selalu seru, tapi terkadang orang tua, anak-anak, dan pasangan kita membuat kita merasa seperti bagian dari sebuah sitkom. Menjailimu, muncul di panggilan videomu dengan kostum gila, atau bahkan melempar ponselmu ke kloset—apa pun bisa terjadi dalam filmmu. Tapi separah apa pun lelucon keluargamu, kamu selalu bisa menulis sendiri skenario episode berikutnya untuk sitkom keluargamu dan balas menjaili mereka.

Menurut para ilmuwan, anak-anak yang terbiasa mengerjakan berbagai pekerjaan rumah tangga mempunyai kinerja yang lebih baik ketika sudah dewasa. Pekerjaan ini bahkan bisa meningkatkan kesehatan mental anak-anak, karena mereka dilibatkan dan merasa dirinya penting. Namun, setiap pekerjaan harus diperkenalkan pada usia tertentu dan tidak seharusnya dipakai sebagai alat bagi orang tua untuk mengurangi beban pekerjaan mereka. Alih-alih, pekerjaan ini harus digunakan sebagai sarana mengajarkan pelajaran kehidupan yang berharga kepada anak.

Di samping memperbaiki kesehatan, pijat juga bisa memacu tumbuh kembang bayi dan membantu membentuk ikatan kuat antara bayi dengan pengasuhnya. Kamu tidak butuh peralatan khusus. Hanya dengan beberapa teknik sederhana, sedikit waktu luang, dan kasih sayang sudah cukup untuk melakukan ini!

“Anak-anak mandiri tidak dilahirkan begitu saja. Mereka dibesarkan,” kata dr. Damon Korb, seorang dokter anak dan ayah dari 5 anak. Dia percaya bahwa membantu anak-anak membuat bekal makan siang sendiri akan membuat mereka menjadi pemikir yang lebih percaya diri dan mandiri.

Era media sosial telah memberikan kita banyak fenomena baru, dan salah satunya dikenal dengan nama sharenting. Sharenting adalah suatu praktik ketika orang tua telah terlalu banyak menggunakan media sosial untuk membagikan foto-foto anak mereka dan mengabarkan perkembangannya kepada seisi dunia. Meski mungkin orang tua bermaksud baik saat melakukannya, mengunggah foto anak bisa jadi akan membahayakan anak tersebut.

Ketika anak pertama sudah cukup besar, kebanyakan orang tua akhirnya bisa bernapas lega—di samping bisa memberikan bantuan, dia juga bisa sesekali mengawasi adik-adiknya di rumah sehingga memberikan sedikit waktu bebas bagi orang tua. Tapi ternyata, menjadikan anak tertua pengasuh bagi adik-adiknya tidak selalu baik, karena ini bisa memberikan dampak yang negatif.

Kita semua tahu, manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan komunikasi. Itulah sebabnya, dalam menjalani kehidupan, kita selalu berusaha mencari orang-orang yang bisa kita dekati dan dengan bangga menyebut mereka sebagai “teman”. Tapi terkadang, jati diri teman-teman kita tidak benar-benar sesuai seperti yang mereka perlihatkan. Sementara terkadang, kita sendiri menyadari bahwa kita salah mengiranya sebagai “pertemanan”.

Temui Sasha Sovetova, seorang seniman Rusia dan ibu optimis dari 3 anak yang mendapat inspirasi dari perannya sebagai orang tua dan kehidupan rumah tangganya. Dengan pendekatan yang riang dan ironis, dia menolak stereotip bahwa para ibu terlalu sibuk untuk menikmati cerahnya hari karena aktivitas sehari-hari. Sasha membuktikan bahwa kita selalu bisa menemukan kesenangan dan tetap bisa banyak tertawa dalam situasi yang paling biasa sekali pun.